Jumat, 12 Maret 2021 13:27
Polisi berjaga-jaga di tengah aksi unjuk rasa menentang kudeta militer dan menuntut pembebasan Aung San Suu Kyi, di Naypyitaw, Myanmar, Senin (8/2). Foto: Stringer/REUTERS
Editor : Fathul Khair Akmal

RAKYATKU.COM - Kondisi di Myanmar masih memanas pasca-kudeta militer. Hal ini juga berujung pada penarikan duta besar Myanmar untuk Inggris, setelah menyatakan menentang kudeta militer dan meminta pembebasan pemimpin yang digulingkan, Aung San Suu Kyi.

 

Duta besar Myanmar untuk Inggris, Kyaw Zwar Minn menyampaikan kepada BBC, negaranya telah “terbelah” dan bisa berisiko menuju perang sipil.

Militer Myanmar menggulingkan kekuasaan dalam kudeta pada 1 Februari, mengklaim telah terjadi kecurangan dalam pemilu yang berlangsung 8 November 2020. Partai Suu Kyi, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) menang telak dalam pemilu tersebut.

Baca Juga : SEA Games 2023: Timnas Indonesia U-22 Hajar Myanmar 5-0 di Laga Kedua

Kyaw Zwar Minn, yang merupakan mantan kolonel militer, mengeluarkan pernyataan pada Senin menyerukan pembebasan Suu Kyi dan Presiden U Win Myint.

 

Dia dipuji Menteri Luar Negeri Inggris, Dominic Raab, atas “keberanian dan patriotisme”-nya.

Dalam wawancara berikutnya dengan BBC Burma dikutip dari merdeka.com, Kyaw Zwar Minn mengatakan dia memutuskan mengeluarkan pernyataan tersebut setelah melihat meningkatnya kematian dalam aksi unjuk rasa.

Baca Juga : Curi Kotak Amal Masjid, Pasukan Junta Myanmar Juga Tembak 2 Warga Sipil

“Saya tidak ingin melihat warga negara Myanmar sekarat. Saya mendorong semua (pengunjuk rasa dan militer) untuk berhenti,” jelasnya, dilansir BBC, Rabu (10/3).

“Negara itu telah begitu terbelah dan kemungkinan berisiko perang sipil. Saya ingin damai,” lanjutnya.

Dia juga kembali menyerukan pembebasan Suu Kyi dan membelanya.

Baca Juga : Peringatan Keras Militer Myanmar: Demonstran Akan Ditembak di Kepala

“Suu Kyi menunjuk saya dan saya akan menjalankan perintahnya,” ujarnya.

“Saya meminta dia dan Presiden U Win Myint dibebaskan. Solusinya bukan di New York atau London, solusinya di Naypyitaw (ibu kota Myanmar),” lanjutnya.

Dia menegaskan pernyataan terbarunya bukan mengkhianati negaranya, tapi dia berada di tengah-tengah.

Baca Juga : Hari Paling Berdarah di Myanmar, 39 Tewas di Tangan Pasukan Keamanan

Kyaw Zwar Minn, yang bertugas di London sejak 2013, mengatakan dia tak punya rencana untuk membelot atau mendapatkan suaka di Inggris. Dia menambahkan, Kedutaan Besar Myanmar di Inggris tak punya komunikasi langsung dengan militer.

Pemerintah Myanmar kemudian mengeluarkan pernyataan mengatakan Kyaw Zwar Minn ditarik.