RAKYATKU.COM - Ajakan Presiden RI, Joko Widodo sangat menarik. Sayang, praktik yang ditunjukkan pembantunya terkesan kontradiktif.
Baru-baru ini, Presiden Jokowi mengajak masyarakat mencintai produk dalam negeri. Tidak sebatas itu, Jokowi juga mengajak warga untuk membenci produk asing.
"Ajakan-ajakan untuk cinta produk-produk kita sendiri, produk-produk Indonesia harus terus digaungkan, produk-produk dalam negeri. Gaungkan juga benci produk-produk dari luar negeri," kata Jokowi Kamis lalu.
Baca Juga : PLN Gelar Apel Siaga Kelistrikan, Pastikan Keandalan Pelayanan KTT WWF ke-10 di Bali
Jokowi menyebut, kampanye cinta produk Indonesia dan benci produk luar negeri perlu digaungkan supaya masyarakat loyal terhadap hasil karya anak negeri.
"Bukan hanya cinta, tapi benci. Cinta barang kita, benci produk dari luar negeri. Sehingga betul-betul masyarakat kita menjadi konsumen yang loyal sekali lagi untuk produk-produk Indonesia," kata Jokowi.
Pernyataan itu mendapat banyak apresiasi. Namun, pada sisi lain memunculkan kekhawatiran. Apalagi tak lama setelah pernyataan itu, Kementerian Perdagangan memutuskan impor beras satu juta ton.
Baca Juga : Kawal Kunjungan Kerja Presiden RI di Sulawesi Tenggara, PLN Sukses Hadirkan Listrik Tanpa Kedip
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan, rencana impor ini telah disepakati dalam rapat koordinasi terbatas, Kementerian Perdagangan bahkan telah mengantongi jadwal impor beras tersebut.
Menurut dia, impor beras akan digunakan untuk menambah cadangan atau pemerintah menyebutnya dengan istilah iron stock.
"Iron stock itu barang yang memang ditaruh untuk Bulog sebagai cadangan, dia mesti memastikan barang itu selalu ada. Jadi tidak bisa dipengaruhi oleh panen atau apapun karena memang dipakai sebagai iron stock," jelas Lutfi.
Baca Juga : Jokowi Diminta Menyetop Politisasi Bansos
Pemerintah mengklaim, impor sebesar 1 juta ton, yang terbagi 500.000 ton untuk Cadangan Beras Pemerintah (CBP) dan 500.000 ton sesuai kebutuhan Bulog.
Upaya menjaga ketersediaan stok beras tersebut dilakukan melalui penyerapan gabah oleh Bulog dengan target setara beras 900.000 ton pada saat panen raya Maret hingga Mei 2021 dan 500.000 ton pada Juni hingga September 2021.
Sebelum pemerintah mengumumkan impor beras, pada Januari lalu ditemukan beredarnya beras impor asal Vietnam di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC).
Baca Juga : Pakar: Gelombang Protes Akademisi Bisa Picu Krisis Legitimasi Terhadap Pemerintahan Jokowi
Bukan hanya itu, vaksin Covid-19 yang digunakan di Indonesia saat ini berasal dari China.
Pengamat kebijakan publik Agus Pambagio menilai, ajakan Presiden Joko Widodo soal menggaungkan benci produk luar negeri merupakan terobosan kali pertama seorang kepala negara.
Namun, di saat bersamaan, ajakan tersebut bisa berbahaya dan berdampak pada hubungan Indonesia dengan negara-negara tetangga.
Baca Juga : Didampingi Mentan Amran, Presiden Jokowi Sapa Puluhan Ribu Petani, Penyuluh & Babinsa Se - Jawa Tengah
"Bisa terobosan yang dimaksud Presiden, tetapi di komunikasi international relation itu bisa berbahaya," kata Agus dalam sebuah diskusi daring, Minggu (7/3/2021).
"Memang itu heroik, tetapi buat hubungan internasional ini kan kedutaan-kedutaan besar kan di sini, pasti kan mereka report ke negaranya, jadi nanti mereka pasti akan cari informasi ini. Kenapa benci, apa yang dibenci," ujar Agus.
"Saya khawatir perkataan benci produk itu bisa ke mana-mana," kata Agus seperti dikutip dari Kompas.com.
Sebelumnya, Presiden Jokowi meminta agar kampanye cinta produk-produk Indonesia terus digaungkan. Bersamaan dengan itu, ia ingin agar ajakan untuk membenci produk-produk luar negeri disuarakan.