Kamis, 18 Februari 2021 23:28
Kuntoro Boga Andri
Editor : Alief Sappewali

RAKYATKU.COM - Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian (Kementan), Kuntoro Boga Andri menjelaskan bahwa berdasarkan data Global Food Security Index (GFSI) secara keseluruhan status ketahanan pangan Indonesia mengalami kenaikan yang signifikan, tercatat tahun 2016 Indonesia masih berada di peringkat 71, dan tahun 2019 meningkat di peringkat 62.

 

“Kami memantau secara konsisten index (GFSI) tersebut. Angka ini naik karena dipengaruhi tiga aspek ketahanan pangan sebagai indikatornya,” jelas Kuntoro.

Menurutnya nilai indeks keseluruhan pada data tersebut ditentukan dari tiga aspek, yaitu keterjangkauan, ketersediaan, kualitas, dan keamanan. Aspek keterjangkauan dan ketersediaan untuk Indonesia meningkat cukup drastis sehingga menjadi aspek yang dominan mempengaruhi kenaikan nilai indeks secara keseluruhan.

Baca Juga : Kunjungan Kerja ke Gowa, Mentan Ingatkan Distributor Pupuk Tak Macam-macam

“Hal tersebut tentu tidak terlepas dari upaya-upaya dilakukan pemerintah selama ini, Kementerian Pertanian selama ini terus berupaya membenahi pertanian dari hulu hingga hilir. Termasuk dalam hal distribusi dan ketersediaan pangan,” jelas Kuntoro.

 

Dari sisi ketersediaan pangan misalnya, Kuntoro mengungkapkan upaya yang dilakukan pemerintah. Salah satunya dengan pembangunan program food estate. Pemerintah membuat food estate untuk mempersiapkan pangan rakyat dalam skala ekonomi yang besar.

“Kemandirian pangan terus kita perjuangkan, agar kita mampu berdiri di atas pangan kita sendiri. Apalah artinya index bagus, pangan kita terlihat aman, namun punya ketergantungan pada impor,” kata Kuntoro.

Baca Juga : Mentan Andi Amran Sulaiman Apresiasi Penjabat Gubernur Prof Zudan

Sebagai contoh Singapura menempati indeks terbaik di dunia. Namun, hampir seluruh pangannya dipenuhi dari impor, karena negara tersebut tidak memiliki lahan pertanian yang mencukupi. Sementara Indonesia memiliki potensi sumber daya pertanian yang cukup besar.

Selama ini banyak lembaga internasional yang melahirkan berbagai pengukuran untuk melihat seberapa jauh tingkat perkembangan dari suatu negara terhadap permasalahan tertentu salah satunya permasalahan di bidang pangan.

The Economist Intelligence Unit (EIU) bekerja sama dengan Barilla Center for Food & Nutrition juga mengeluarkan indeks keberlanjutan pangan (Food Sustainability Index atau FSI).

Baca Juga : Kementerian Pertanian Beri 300 Beasiswa Pengembangan SDM Sawit untuk Lulusan SMA di Sulsel

“FSI itu memiliki tiga indikator, pertama aspek pertanian berkelanjutan, kedua mengenai kehilangan atau susut pasca panen termasuk limbah, dan ketiga mengenai aspek gizi,” terang Kuntoro.

FSI diharapkan mampu meningkatkan awareness pemerintah, institusi, dan masyarakat terhadap isu food sustainability dan memantau perkembangannya. Selain itu, proyek ini juga dibuat sebagai bentuk dukungan global terhadap target SDG 2030.

Ranking yang dibuat oleh FSI bukan dimaksudkan untuk judgemental, terlebih sebagai tolak ukur kinerja setiap negara dalam menghadapi tantangan sistem pangan global.

Baca Juga : Pejabat Bupati Wajo Hadiri Kunjungan Mentan RI di Rujab Gubernur Sulsel

Kepala Biro Humas Kementan menegaskan selain isu produksi, aspek-aspek penilaian pada data FSI erat kaitannya dengan food loss dan food waste atau pangan yang terbuang dan pangan yang menjadi sampah.

"Salah satu indikator FSI adalah masih tingginya jumlah makanan yg terbuang, akibat perilaku mengambil makanan berlebihan dan terbuang. Kita harus berempati pada negara yang kesulitan mendapatkan sumber makanan," terang Kuntoro.

Secara fair malah menurut Kuntoro, Situasi ketahanan pangan nasional yang mengalami peningkatan dan semakin kuat juga dapat terlihat dari data yang dikeluarkan Global Hunger Index (GHI) 2020.

Baca Juga : Ditjen Perkebunan Kementan Tetapkan Harga Pembelian Tebu

Kuntoro mengungkapkan Indonesia menempati level moderate dengan skor 19,1, setelah sebelumnya masih berada di level serius dengan skor 20,1 pada tahun 2019. Situasi yang sama juga dapat dilihat dari Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan atau Food Security and Vulnerability Atals (FSVA).

“Berdasarkan data FSVA, jumlah kabupaten/kota yang rentan rawan pangan mengalami penurunan dari 76 kab/kota pada tahun 2019 menjadi 70 kabupaten/kota rentan rawan pangan di tahun 2020,” tutup Kuntoro.

BERITA TERKAIT