Sabtu, 13 Februari 2021 16:16
Militer Myanmar. (Foto: Reuters)
Editor : Nur Hidayat Said

RAKYATKU.COM - Junta baru Myanmar mengumumkan akan memperingati liburan Hari Persatuan negara itu dengan membebaskan ribuan tahanan dan mengurangi hukuman narapidana-narapidana lainnya.

 

Sejumlah keluarga terlihat menunggu dengan bunga-bunga dan bersorak-sorai saat para tahanan yang baru dibebaskan meninggalkan Penjara Insein di Yangon, Jumat (12/2/2021) waktu setempat.

Perintah pengampunan junta yang diipublikasikan di media yang dikelola pemerintah mengatakan bahwa 23.314 tahanan akan dibebaskan, bersama dengan 55 narapidana asing.

Baca Juga : SEA Games 2023: Timnas Indonesia U-22 Hajar Myanmar 5-0 di Laga Kedua

Perintah itu juga mengubah beberapa hukuman mati menjadi hukuman penjara seumur hidup, dan meringankan hukuman-hukuman penjara lainnya.

 

Langkah militer Myanmar ini kemungkinan tidak akan cukup memenangkan hati masyarakat internasional, yang secara luas mengutuk kudeta militer serta penggunaan kekuatan polisi seperti meriam air dan peluru karet untuk membubarkan beberapa aksi protes.

Pengambilalihan kekuasaan yang berlangsung 1 Februari menggulingkan pemerintah sipil yang secara de facto dipimpin peraih Nobel Aung San Suu Kyi dan mencegah para anggota parlemen yang baru-baru ini terpilih untuk membuka sidang baru Parlemen.

Baca Juga : Curi Kotak Amal Masjid, Pasukan Junta Myanmar Juga Tembak 2 Warga Sipil

Kudeta militer ini membalik hampir satu dekade kemajuan menuju demokrasi setelah 50 tahun pemerintahan militer dan telah menimbulkan aksi protes yang meluas di banyak kota di berbagai penjuru negara itu.

Pemimpin kudeta Jenderal Senior Min Aung Hlaing juga memanfaatkan Hari Persatuan untuk menyerukan kepada rakyat Myanmar agar bekerja sama dengan militer jika mereka menginginkan demokrasi, sebuah permintaan yang kemungkinan besar ditanggapi dengan cemoohan oleh para pengunjuk rasa.

Hari Persatuan adalah hari libur nasional untuk memperingati sebuah hari pada 1947 sewaktu banyak kelompok etnis Myanmar, yang saat itu dikenal sebagai Burma, setuju untuk bersatu setelah beberapa dekade pemerintahan kolonial Inggris.

Baca Juga : Peringatan Keras Militer Myanmar: Demonstran Akan Ditembak di Kepala

Sumber: VOA Indonesia

TAG