Kamis, 04 Februari 2021 21:02
Sri Evi.
Editor : Nur Hidayat Said

RAKYATKU.COM, BANTAENG - Namanya Sri Evi. Ia merupakan atlet tinju yang sudah tidak diragukan lagi pengalaman dan prestasinya. Dara kelahiran Bantaeng 20 Mei 2000 ini sudah mempunyai segudang prestasi di tingkat okal, regional, maupun nasional.

 

Sri Evi mengawali kariernya di dunia tinju sejak kelas 6 SD, kemudian berhasil meraih medali emas Porda XV 2014.

Sebagai petinju yang mempunyai jadwal padat untuk latihan dan bertanding, Sri Evi tetap meluangkan waktunya untuk mencari nafkah dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga.

Baca Juga : KPU RI Putuskan Jumlah Kursi Anggota DPRD Kabupaten dan Kota di Sulsel, Ini Daftarnya

Sri Evi yang biasa disapa Sri adalah buah hati pasangan M. Idrus dengan Hasmawati. Beralamat di Jalan Hambali 1 Tangnga-Tangnga, Kelurahan Bonto Sunggu, Kecamatan Bissappu, Bantaeng.

 

Sri Evi masuk dunia tinju atas ajakan salah seorang pelatih tinju bernama M. Hasbullah.

Hasbullah yang aktif melatih bela diri di Bantaeng mengajak Sri Evi untuk jadi atlet. Dia melihat ada potensi besar dalam diri Sri sebagai anak pinggiran pantai.

Baca Juga : Jumlah Kursi Bertambah, Ini Opsi Rancangan Dapil DPRD Bantaeng di Pemilu 2024

"Awalnya saya melihat potensi yang besar dalam diri Sri Evi sebagai anak pinggiran pantai. Di situ saya pun mengajak untuk bergabung di Sasana Satria Al Falah," ucap Hasbullah, Kamis (4/2/2021).

Mulanya Sri tidak diberi izin oleh orang tuanya. Namun, karena tekad yang sudah bulat, akhirnya berhasil meyakinkan kedua orang tuanya bahwa dirinya akan mampu menjadi atlet tinju.

Setelah mendapat restu dari kedua orang Tuanya, Sri pun masuk bergabung di Sasana Satria Al Falah, salah satu sasana di bawah naungan Yayasan Al Falah Kabupaten Bantaeng (Yakab) yang diketuai Rusdi.

Baca Juga : Pemprov Sulsel Salurkan Bantuan ke Korban Angin Puting di Bantaeng

Di sinilah Sri mulai berlatih dan mengembangkan bakat dan potensi dirinya.

"Saya mulai latihan tinju sejak kelas 6 SD yang dilatih oleh Pak Hasbullah. Dengan penuh keyakinan akan mampu berprestasi, saya berlatih hampir setiap hari, kalau tidak ada pelatih maka saya pun berlatih sendiri di rumah," ungkap Sri.

"Tekad yang kuat untuk menjadi atlet tinju membuat saya memberanikan diri untuk ikut pada kejuaraan Porda 2014 dan Alhamdulillah berhasil meraih juara satu," tambahnya.

Baca Juga : Aktivitas Tambang Galian C di Jalan Poros Jeneponto-Bantaeng Meresahkan

Sri makin giat berlatih setelah mendapat dukungan penuh dari orang tuanya. Dengan keterbatasan ekonomi, dirinya terus mengasah kemanpuannya untuk bisa jadi atlet yang berprestasi.

Pada tahun 2015, Sri mencoba mendaftarkan diri ke PPLP Sulsel. Dirinya pun berhasil lolos dan melanjutkan sekolahnya di Smanko Sulsel.

Berbagai prestasi olahraga tinju pun diraihnya. Beberapa di antaranya adalah juara 1 Porda XV 2014, peringkat 3 Kejurnas PPLP 2015, peringkat 3 Kejurnas PPLP 2016, juara 1 Popda XIV 2016, juara 1 Kejurda 2016, juara 1 Kejurda 2017, juara 1 Praporda 2017, peringkat 3 Popnas XIV Jawa Tengah 2017, juara 1 Porda XVI 2018, juara 1 Wali Kota Cup 2019, juara 1 Liganas Muaythai Seri IX 2018, juara 1 Wali Kota Cup 2018, kemudian juara 1 Pra PON XX 2019.

Baca Juga : Safari Ramadhan di Ulu Ere, Ilham Azikin Sekalian Sosialisasi Pembatasan Bepergian Keluar Daerah

Saat ini, Sri lebih giat lagi berlatih di Sasana Fighter AMYA Bantaeng untuk menghadapi Pekan Olahraga Nasional (PON). Dengan segala keterbatasan, di sela-sela dirinya menjual pisang goreng untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, Sri tetap konsentrasi berlatih.

Sri bercita-cita bisa mengharumkan nama baik Bantaeng dan Sulawesi Selatan di PON.

Di hadapan media, ia pun menuturkan dirinya saat ini menjadi tulang punggung keluarganya setelah bapaknya meninggal dunia.

"Saat ini saya harus membagi waktu untuk latihan dan menjual gorengan secara online. Itu karena semenjak bapak meninggal dunia, tanggung jawab keluarga, saya ambil alih untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga saya," tutur Sri sambil menitikkan air mata.

"Saya keluarga miskin, olehnya itu semenjak bapak meninggal, tinggal saya yang berjuang untuk bisa menghidupi keluarga. Saya pun hanya bermodal sebagai petinju tanpa sponsor," tuturnya.

"Di samping berlatih tinju, saya pun harus terus menjalankan usaha kecil dengan menjual gorengan dan kue melalui online. Hasilnya untuk dimakan bersama keluarga serta dipakai transportasi untuk pergi ke tempat latihan kalau sore," ucapnya.

Penulis : Irmawati Azis

BERITA TERKAIT