Kamis, 28 Januari 2021 08:44
ILUSTRASI
Editor : Alief Sappewali

RAKYATKU.COM -- Ibu yang menghabisi dua putrinya mengaku sebagai sumber virus corona.

 

"Bukan dari China," kata perempuan yang seorang kepala sekolah itu.

Pernyataan itu terlontar saat kesurupan. "Saya Dewa Siwa. Coronavirus berasal dari partikel tubuh saya. Bukan dari China. Saya tidak akan menjalani tes apa pun," teriaknya kepada tim dokter dan perawat.

Baca Juga : Jenazah Anak Laki-laki Tanpa Identitas Disimpan di RSUD Batara Siang Pangkep, Diduga Korban Penganiayaan

Perempuan bernama V Padmaja baru saja menghabisi dua putrinya yang sudah gadis. Mereka tinggal di Andhra Pradesh. Salah satu negara bagian di India.

 

Dia memukuli kedua putrinya hingga meninggal dunia. Setelah memeriksa rekaman CCTV, polisi mengatakan bahwa kedua gadis itu dipukuli sampai mati oleh ibunya menggunakan trisula dan dumbel.

Ironinya, penganiayaan itu disaksikan suaminya atau ayah kedua gadis itu. Si ayah seorang profesor kimia, V Purushottam Naidu. Dia diam saja melihat penyiksaan itu karena terpengaruh takhayul bahwa anaknya akan hidup kembali dalam kondisi lebih baik.

Baca Juga : Tagih Utang Berujung Penganiayaan, Pelaku Ditangkap Polsek Bontoala

Korban bernama Alekhya (27) dan Sai Divya (22).

Polisi kini berencana memindahkan perempuan dan suaminya ke rumah sakit yang lebih besar di Tirupati. Sebab, saat diperiksa mereka menunjukkan perilaku seperti kesurupan. Mengoceh kalimat yang tidak koheren.

Pengadilan lokal di Madanpalle mengembalikan pasangan itu ke tahanan yudisial selama 14 hari dan dimasukkan ke dalam sub-penjara setempat.

Polisi menemukan tubuh babak belur dan berlumuran darah dari kedua gadis itu terbaring dalam genangan darah di rumah mereka.

Baca Juga : TPN Ganjar-Mahfud Minta Usut Tuntas Penganiayaan Relawan

Polisi menemukan beberapa tanda ritual keagamaan di rumah yang menunjukkan bahwa pembunuhan ganda itu terkait dengan beberapa kepercayaan takhayul.

Kepala gadis-gadis itu setengah diikat dan ada tanda-tanda vermillion pada mereka. Ada pot perak kecil di mulut mereka. Polisi mengatakan kedua gadis itu telanjang ketika mereka dibunuh tetapi kemudian dibungkus dengan sari merah.

Polisi yang menyelidiki kasus tersebut mengatakan kedua putrinya dibunuh di bawah kepercayaan takhayul bahwa mereka akan terlahir kembali di "zaman baru dan lebih baik".

Baca Juga : Pengakuan Korban Selamat Tabrakan Kereta di India: Saya Lihat Orang Kehilangan Tangan, Kehilangan Kaki

Sebelum dibawa ke pengadilan saat pasangan itu dibawa ke rumah sakit pemerintah di Madanapalle, Padmaja menolak menjalani tes virus corona.

"Saya tidak akan menjalani tes apa pun," teriaknya kepada tim dokter dan perawat.

Ketika seorang petugas polisi menasihati dia untuk memberikan tes usap, dia berteriak kembali, "Siapa Anda untuk menasihati saya".

Baca Juga : Terus Bertambah, Korban Tewas Tabrakan Kereta Api di India 233 Orang

Dia juga mengklaim bahwa Covid-19 akan hilang dengan sendirinya pada bulan Maret. Ketika suaminya mencoba untuk campur tangan, dia mendorongnya. “Kamu bukan suamiku,” katanya seperti dikutip dari Gulf News.

Di rutan, baik suami maupun istri menolak makan apapun seolah menjalankan puasa.

Petugas polisi mengatakan bahwa wanita itu terus mengalami kesurupan atau khayalan dan mereka sekarang berencana untuk memindahkannya ke rumah sakit di kota Tirupati untuk pemeriksaan dan perawatan lebih lanjut.

Wakil Inspektur Polisi Ravi Manohara Chari mengatakan, polisi telah mendatangi pengadilan untuk meminta izin membawanya ke rumah sakit Tirupati.

Dr Radhikha, psikiater di RS Madanapalle, mengatakan kepada media bahwa kondisi mental dan psikologis orang tua kurang baik. "Tapi mereka bisa keluar dari trans jika dirawat dengan benar," katanya.

 

BERITA TERKAIT