RAKYATKU.COM - Seorang ilmuwan asal Jerman, Berthold Ackermann menyebut, detik-detik menjelang kematian yang dialami manusia adalah wujud dualisme tubuh dan pikiran.
Pernyataan tersebut sekaligus diklaim sebagai bukti adanya akhirat saat manusia mengalami proses menjelang kematian.
Metode pembuktian ini benar-benar diterapkan secara medis yakni dengan “mematikan” pasien selama sekitar 20 menit. Setelah itu, pasien kembali “dihidupkan”. Penelitian kontroversial ini berlangsung selama 4 tahun dan telah diikuti 944 sukarelawan.
Proses “mematikan” dan “menghidupkan” para pasien itu menggunakan sejumlah obat yang diolah termasuk epinefrin dan dimethyltryptamine. Jenis obat-obatan itu membuat tubuh mampu bertahan saat kondisi “mati” dan tidak membahayakan pada saat proses “menghidupkan”.
Baca Juga : Poltekpar Makassar Gelar Seminar Penelitian Hasil Karya. Ada 35 Judul Penelitian
Dilansir dari keepo.me, sebuah alat canggih bernama AutoPulse dilibatkan dalam eksperimen ini. Alat ini berhasil “menghidupkan” orang yang telah “mati” sekitar 40 menit hingga 1 jam sebelumnya.
Menariknya, memori tiap pasien hampir mirip satu sama lainnya saat mereka dalam kondisi koma atau yang biasa disebut sakaratul maut.
Sensasi yang dialami para pasien adalah mengalami keterpisahan dari tubuhnya, serasa melayang, sangat tenang, nyaman, dan penuh kehangatan. Para pasien juga mengaku menyaksikan cahaya yang luar biasa terang dan rasanya terputus dari dunia nyata.
Hasil temuan eksperimen yang dipimpun Ackermann ini mengejutkan banyak pihak, termasuk dari mereka yang selama ini berpegang teguh pada konsep kematian dari agama-agama yang dianut.
Mereka yang menjadi relawan alias pasien untuk eksperimen tersebut beradal dari latar belakang agama berbeda-beda, mulai dari Kristen, Islam, Yahudi, Hindu, dan bahkan ateis.