RAKYATKU.COM - Biro Investigasi Federal (FBI) mengeluarkan peringatan keamanan baru menjelang pelantikan presiden Amerika Serikat terpilih, Joe Biden.
Mereka menyebut adanya potensi protes bersenjata di berbagai ibu kota negara bagian meliputi seluruh negara.
Sementara itu, Kongres kini mempertimbangkan proposal untuk membentuk komisi bipartisan nasional untuk menyelidiki serangan 6 Januari di gedung Capitol.
Baca Juga : AS Kirim VAMPIRE ke Ukraina
Keamanan ditingkatkan di gedung-gedung DPR negara bagian di seluruh Amerika menjelang pelantikan Biden pada 20 Januari, sementara Biro Investigasi Federal (FBI) melacak seruan online untuk potensi protes bersenjata, seperti dikatakan oleh Direktur FBI Christopher Wray.
“Dan alasan saya menggunakan kata ‘potensi' adalah karena salah satu tantangan nyata di ruang ini adalah mencoba membedakan mana yang bersifat aspirasi dan mana yang bersifat intensi,” ujarnya.
FBI telah mengidentifikasi lebih dari 270 tersangka dan menangkap lebih dari 100 orang sehubungan dengan penyerbuan berdarah di gedung Capitol pada 6 Januari oleh pendukung Presiden Donald Trump.
Baca Juga : Penembakan Massal Terjadi di Berbagai Kota AS, Lebih dari 12 Orang Tewas
Para pelaku didorong oleh narasi salah bahwa pemilu 3 November telah dicuri. Sebagian telah diidentifikasi sebagai polisi atau militer, baik yang aktif maupun yang telah pensiun.
Michael German adalah mantan agen FBI yang bekerja di Brennan Center for Justice. "Ini adalah masalah yang terus ada sepanjang sejarah kita, dan mereka itu terlibat dalam hubungan antara beberapa anggota militer dan petugas penegak hukum dan organisasi supremasi kulit putih dan kelompok militan sayap kanan," ucapnya.
Dua puluh lima ribu pasukan Garda Nasional dan ribuan petugas penegak hukum dari lembaga-lembaga lain akan menjaga ibu kota negara. Wakil Presiden Mike Pence meyakinkan warga Amerika bahwa pelantikan akan aman.
Baca Juga : Kremlin Tuduh AS Terlibat dalam Dugaan Upaya Pembunuhan Putin
“Presiden terpilih Joe Biden, Wakil Presiden terpilih Kamala Harris, dilantik sebagai presiden dan wakil presiden baru Amerika Serikat dengan cara yang konsisten dengan sejarah kita, dengan tradisi kita,” kata Pence.
Sementara itu, penyelidikan terus berlanjut, termasuk apakah beberapa anggota Kongres membantu serangan tersebut dengan memberikan tur ke Capitol sehari sebelumnya, seperti dikatakan oleh Ketua DPR Nancy Pelosi.
“Jika pada kenyataannya, ditemukan bahwa anggota Kongres adalah kaki tangan pemberontakan ini, jika mereka membantu dan mendukung kejahatan tersebut, mungkin harus ada tindakan yang diambil di luar Kongres dalam hal penuntutan,” ujar Pelosi.
Baca Juga : Kolombia Usir Tokoh Oposisi Venezuela yang Didukung AS
Para anggota Kongres telah memperkenalkan undang-undang yang akan membentuk komisi bipartisan untuk menyelidiki serangan itu dan menjawab pertanyaan-pertanyaan kunci, seperti apakah ada kegagalan intelijen dan kemungkinan keterlibatan pejabat politik.
Amy Zegart adalah peneliti senior di Hoover Institution, Universitas Stanford. “Bagaimana reaksinya? Bagaimana tanggapannya? Apa pelajaran penting yang dipetik dan kegagalan dari tanggapan tersebut? Dan pelajaran apa yang harus kita ambil sebagai bangsa dalam membangun kesatuan narasi, kesatuan pengalaman sehingga kita memiliki dasar untuk bersatu kembali," bebernya.
Karena adanya keprihatinan soal keamanan, geladi bersih pelantikan ditunda dari hari Ahad ke Senin.
Baca Juga : Pentagon Tempatkan Pasukan di Dekat Sudan
Sumber: VOA Indonesia