Rabu, 13 Januari 2021 12:01
Makam purba Jirzankal di Pegunungan Pamir dekat Himalaya | cdn.cnn.com
Editor : Fathul Khair Akmal

RAKYATKU.COM - Sebuah penelitian yang dimuat dalam jurnal Science Advances, membeberkan temuan terkait jejak penggunaan ganja yang secara khusus memanfaatkan kandungan psikoaktifnya.
Berdasarkan hasil penelitian, kebiasaan 'menghisap' asap ganja diperkirakan telah berlangsung sejak 2500 tahun silam.

 

Dugaan tersebut didasarkan pada temuan sebuah makam purba Jirzankal di Pegunungan Pamir dekat Himalaya oleh tim peneliti dari University of Chinese Academy of Sciences di Beijing.

Mereka berhasil menemukan jejak THC dengan kandungan yang cukup tinggi pada beberapa serpihan kayu dan batu-batu di sekitar situs tersebut.

Baca Juga : Heboh, Pria Memakai Kaos Oblong Bersarung Biru Munculkan Uang dari Balik Bantal

Serpihan kayu dan batu-batu itu diduga adalah guci atau semacam tembikar kuno yang digunakan sebagai wadah pembakaran ganja.

 

Diprediksi, pada masa itu ganja belum dihisap seperti rokok, tapi ia lebih menyerupai dupa yang dibakar pada tungku pembakaran tertentu. Itulah mengapa jejak THC melekat pada serpihan kayu dan batu-batu tersebut.

"Ini adalah satu-satunya cara agar ganja dapat dihisap sebelum adanya pipa untuk rokok," ujar salah satu peneliti dikutip dari CNN.com via keepo.me.

Baca Juga : Publik Figur Ditangkap karena Ganja: Gitaris Inisial R, Grup Band G

Menurut tim peneliti, jejak THC yang ditemukan pada makam kuno ini tak biasa. Kandungan THC tersebut dianggap memiliki kualitas yang lebih tinggi jika dibanding tanaman ganja liar.

Diyakini masyarakat saat itu memilih varietas ganja tertentu untuk dibakar. Namun, para peneliti belum bisa yakin apakah mereka sudah mulai membudidayakannya sendiri atau mencari tanaman itu di hutan-hutan.

Selain itu, temuan lain yang dianggap penting adalah harpa kuno khas China. Harpa ini biasa digunakan untuk ritual-ritual tertentu. Penemuan harpa ini memperluas spekulasi, bahwa penggunaan ganja pada masa itu ditujukan sebagai bagian kelengkapan upacara keagamaan.

Baca Juga : Wanita Ini Cek Rekening Bank Setelah 60 Tahun, Perubahan Saldonya Bikin Kaget

Hal ini diperkuat dengan temuan tenggkorak kepala manusia yang memiliki tanda yang serupa, yakni sebuah lubang akibat benturan benda tumpul. Jadi, tim peneliti menyimpulkan bahwa bakaran ganja ada kaitannya dengan upacara pengurbanan manusia.

"Bakaran ganja mungkin digunakan dalam upacara keagamaan, juga semacam modus untuk berkomunikasi dengan dewa atau orang mati," jelasnya.

Perkiraan sementara, ganja dianggap menyebar melalui rute perdagangan Jalur Sutra. Hal ini diungkapkan oleh pemimpin arkeobotani dalam tim penelitian tersebut, Robert Spengler.

Baca Juga : Viral Petani Ukraina "Curi" dan Tarik Tank Rusia Pakai Traktor

Ia berpendapat bahwa kemungkinan pengetahuan tentang merokok varietas ganja dengan kandungan psikotropika yang tinggi ikut tersebar seiring penyebaran tradisi budaya di Jalur Sutra.

Ganja sendiri telah dibudidayakan di Asia Timur untuk minyak biji dan seratnya sejak tahun 4000 sebelum masehi (SM). Tapi, belum banyak bukti historis atau arkeologis yang menunjukan kapan tepatnya orang mulai menanam tanaman ini untuk pemanfaatan sifat psikoaktifnya.

Dengan demikian, studi tentang penggunaan kanabis kuno ini dianggap membantu untuk memahami praktik budaya manusia purba, dan berbicara tentang perkembangan pengetahuan fitokimia alami dalam tanaman.

Baca Juga : Pria Ini Kesulitan Bernapas Bertahun-tahun, Ternyata Ada Gigi Tumbuh di Rongga Hidung

Spengler menilai bahwa perspektif modern tentang ganja sangat bervariasi. Penelitian ini menambah pengetahuan tentang sejarah panjang pemanfaatan tanaman ganja, secara medis, ritual, maupun rekreasi.

BERITA TERKAIT