Senin, 04 Januari 2021 17:46
Editor : Alief Sappewali

RAKYATKU.COM - Kementerian Pertanian (Kementan) berkomitmen segera meningkatkan produksi kedelai dalam negeri.

 

Produksi kedelai dalam negeri harus dipacu untuk pemenuhan kedelai domestik kedepannya agar dapat dipenuhi secara mandiri.

Pasalnya, kebutuhan kedelai setiap tahun makin bertambah. Pemerintah terus berupaya menekan impor kedelai yang hingga saat ini masih tinggi.

Baca Juga : Kunjungan Kerja ke Gowa, Mentan Ingatkan Distributor Pupuk Tak Macam-macam

"Kondisi ini menyebabkan pengembangan kedelai oleh petani sulit dilakukan. Petani lebih memilih untuk menanam komoditas lain yang punya kepastian pasar. Tapi kami terus mendorong petani untuk melakukan budi daya. Program aksi nyatanya kami susun dan yang terpenting hingga implementasinya di lapangan," demikian penekanan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) usai rapat koordinasi dan MoU pengembangan serta pembelian kedelai nasional di kantor Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Jakarta, Senin (4/1/2021).

 

"Masalah kedelai yang ada adalah masalah global sehingga membuat harga kedelai yang ada secara global itu terpengaruh. Khususnya dari Amerika dan itu juga yang kita rasakan di Indonesia. Tidak hanya di Indonesia ada kontraksi seperti ini di Argentina misalnya juga terjadi polemik-polemik terkait produksi kedelai," sambungnya.

Baca Juga : Mentan Andi Amran Sulaiman Apresiasi Penjabat Gubernur Prof Zudan

Oleh karena itu, SYL menuturkan Kementan fokus melipatgandakan produksi atau ketersediaan kedelai dalam negeri. Produksi kedelai dalam negeri harus bisa bersaing baik kualitas maupun harganya melalui perluasan areal tanam dan mengenergikan para integrator, unit-unit kerja Kementan dan pemerintah daerah.

"Hari ini adalah kami sudah bertemu dengan jajaran Kementan dan juga melibatkan integrator dan juga unit-unit kerja lain dari Kementerian dan pemerintah daerah untuk mempersiapkan kedelai nasional kita lebih cepat," jelasnya.

"Tentu dengan langkah cepat dari Kementan bersama berbagai integrator dan pengembang kedelai yang ada kita lipatgandakan dengan kekuatan. Kita bergerak cepat, sehingga produksi kedelai dalam negeri meningkat," imbuh SYL.

Baca Juga : Kementerian Pertanian Beri 300 Beasiswa Pengembangan SDM Sawit untuk Lulusan SMA di Sulsel

Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian, Suwandi menambahkan faktor lain yang menyebabkan kenaikan harga kedelai impor yakni ongkos angkut yang juga mengalami kenaikan. Waktu transpor impor kedelai dari negara asal yang semula ditempuh selama tiga pekan menjadi lebih lama yaitu 6 hingga 9 minggu.

Suwandi menjelaskan dampak pandemi Covid-19 menyebabkan pasar global kedelai saat ini mengalami goncangan akibat tingginya ketergantungan impor. Peluang ini tentunya dimanfaatkan Kementan untuk meningkatkan pasar kedelai lokal dan produksi kedelai dalam negeri.

"Kita melakukan MoU antara Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) dengan Gabungan Kelompok Tani dengan investor dengan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan untuk meningkatkan kemitraan produksi dan memaksimalkan pemasaran serta penyerapan kedelai lokal milik petani," tuturnya.

Baca Juga : Pejabat Bupati Wajo Hadiri Kunjungan Mentan RI di Rujab Gubernur Sulsel

Untuk diketahui, tingginya impor kedelai bukan semata-semata karena faktor produksi. Namun demikian, hal tersebut terjadi karena disebabkan kondisi kedelai merupakan komoditas non lartas yang bebas impor kapan saja dan berapun volumenya tanpa melalui rekomendasi Kementan.

Terkait harga kedelai saat ini terjadi kenaikan yang cukup signifikan sekitar 35 persen merupakan dampak pandemi covid 19, utamanya produksi di negara-negara produsen seperti Amerika Serikat, Brasil, Argentina, Rusia, Ukraina dan lainnya.

Harga kedelai impor yang selama ini digunakan oleh pengrajin tahu tempe di negara asal sudah tinggi, sehingga berdampak kepada harga di Indonesia menjadi lebih tinggi lagi.

TAG