Senin, 04 Januari 2021 11:02
Ilustrasi.
Editor : Nur Hidayat Said

RAKYATKU.COM - Inflasi pada akhir 2020 lalu berdasarkan perkiraan para ekonom dari konsensus Bloomberg rata-rata tercatat sebesar 1,63 persen secara tahunan atau year on year (yoy).

 

Ekonom Bank BCA, David Sumual, mengatakan dorongan kenaikan inflasi diakibatkan adanya mulai tumbuhnya permintaan barang dan jasa.

“Jadi, kita berharap vaksin selesai didistribusi akhir semester satu sehingga inflasi bisa paling tidak tiga persen. Jadi, ada di batas tengah (3 persen plus minus 1 persen). Kalau tahun lalu, kan, di batas bawah,” katan David dikutip dari Bisnis, Senin (4/1/2021).

Baca Juga : Bulan Agustus, BPS Catat Inflasi Sulsel 1,77 Persen

David menjelaskan, naiknya inflasi pada 2021 diharapkan tidak terlalu signifikan. Alasannya pada 2020 saat aktivitas terbatas akibat COVID-19, banyak perusahaan membatasi produksi.

 

“Misalnya produsen makanan dan daging mengurangi kapasitas karena permintaan turun. Nah, untuk adjusment-nya perlu waktu juga,” bebernya.

David menuturkan, saat vaksin COVID-19 membuat keyakinan masyarakat untuk berbelanja kembali muncul juga mobilitas penduduk menguat, pemerintah diharapkan bisa menjaga agar tidak membuat inflasi melonjak.

Baca Juga : Komisi II DPRD Kolaka dan Wajo Kolaborasi Hadapi Inflasi

“Karena ada permintaan yang tertahan sebelumnya. Selama ini orang tidak bisa spend, tapi menahan uangnya. Nah, ketika mobilitas kembali baik, itu harus diimbangi dengan supply barangnya terutama bahan makanannya,” ucapnya.

Sumber: Bisnis