RAKYATKU.COM,MAKASSAR-Jumlah kasus positif Covid-19 di Kota Makassar Sulawesi Selatan akhir -akhir ini kembali meningkat. Bahkan, bisa dibilang makin "menggila". Pemicunya karena akhir tahun ini banyak yang memanfaatkan waktu untuk berlibur dan membuat acara kumpul-kumpul bersama keluarga dan teman.
Melihat kondisi ini, tentu orang tua siswa akan berpikir dan dihantui kecemasan karena tidak lama lagi sekolah tatap muka akan dilaksanakan.
Menurut Plt Kadis Kesehatan Makassar, Agus Djaja Said, selain karena masyarakat tidak disiplin terhadap Protokol Kesehatan, faktor melonjaknya kasus corona (Covid 19) di Kota Makassar karena kunjungan orang keluar dan masuk ke Kota Makassar cukup ramai. Selain itu, warga juga terlihat tidak disiplin dalam menerapkan Protokol Kesehatan dan prilaku Mencuci Tangan, Memakai Masker dan Menjaga Jarak(3M).
Baca Juga : Kasus Covid-19 Indonesia Meningkat Lagi, Kini Total 6.080.451
"Masyarakat tidak lagi disiplin melaksanakan protokol kesehatan dan 3M, Kemudian kunjungan orang keluar dan masuk ke Makassar begitu tinggi, baik di Perkantoran ataupun rumah sanak keluarga."kata Agus.
Melihat kondisi ini tentu akan menjadi satu masalah dan membuat dilema pemerintah, dalam hal menentukan sikap terkait rencana sekolah tatap muka yang akan mulai digelar awal tahun depan 2021. Pasalnya, apapun alasannya di sebuah negara yang paling utama adalah keselamatan jiwa.
Yah, tentu kondisi seperti ini akan memunculkan banyak polemik di tengah masyarakat. Jadi, sebelum melangkah lebih jauh pemerintah harus betul-betul berpikir matang dalam menentukan kebijakannya terkait dibukanya sekolah tatap muka.
Baca Juga : Aturan Mudik Lebaran: Wajib Pakai Masker Tiga Lapis, Dilarang Teleponan
Kendati, sebagaimana diketahui sudah setahun lamanya siswa hanya belajar online selama virus Corona menyerang diseluruh dunia, termasuk di Indonesia. Kondisi ini juga tentu membuat siswa merasa jenuh belajar dirumah secara daring. Sebab, mereka siswa juga butuh angin segar dan suasana belajar yang berbeda sehingga mereka bisa mencerna pelajaran dengan baik.
Oleh karena itu, bila sekolah tatap muka akan digelar tahun depan, sebagai langkah taktis, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Makassar akan mengambil sejumlah kebijakan. Selain tes usap bagi guru dan siswa (murid) , Dinas Kesehatan Makassar juga meminta sekolah wajib melakukan penerapan Protokol Kesehataan dan 3M.
Bahkan, jika nanti sekolah tata muka mulai berlangsung, bisa saja Dinas Kesehatan Makassar akan hentikan sekolah tatap muka tersebut bila nantinya menimbulkan kalster baru.
Baca Juga : Satgas COVID-19: Buka Puasa Bersama Boleh, tetapi Jangan Mengobrol
"Sebelum sekolah dibuka, guru guru duluan di swab, dan Dinas Pendidikan (Diknas) sementara membuat Juknis untuk pelaksanaannya."kata Agus.
Karenanya, lanjut Agus bahwa Dinkes Makassar dan Dinas Pendidikan Makassar serta instansi terkait lainnya akan selalu berkoordinasi, supaya proses belajar tatap muka nanti berjalan dengan aman dan baik.
Namun, yang paling utama kata Agus, adalah penerapan Protokol Kesehatan dan prilaku 3M harus dilaksanakan agar penularan virus Covid 19 bisa dicegah.
Baca Juga : Update COVID-19 Indonesia 21 Januari: Naik 2.604, Kasus Aktif 14.119
Selain itu, saat ini pemerintah Kota Makassar menerapkan aturan jam malam, dan semua tempat keramaian seperti, mal, restoran, cafe dan sejenisnya wajib tutup pada pukul 19'00 Wita. Hal ini dilakukan guna menekan angka penularan Corona yang meningkat.
Ketua Tim Epidemiologi Penanggulangan Covid-19 Makassar, Ansariadi, mengungkapkan tingginya kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Makassar dalam sepekan didominasi oleh kelompok usia remaja atau 10-19 tahun.
Peningkatannya dua kali lipat jika dibandingkan minggu sebelumnya. Dulunya hanya sekitar 400 kasus, saat ini hampir 900 lebih kasus," katanya.
Baca Juga : Total Kasus Positif COVID-19 Indonesia Capai 4.261.759
Untuk itu, melihat transmisi penularan Covid-19 ini, Ansariadi tidak merekomendasikan sekolah tatap muka dibuka dalam waktu dekat untuk menekan jumlah kasus baru.
"Ini cukup mengkhawatirkan kalau membuka sekolah, karena dulu sekolah ditutup alasannya tinggi. Sekarang tingginya dua kali lipat dibandingkan ketika dulu kita putuskan untuk menutup, sehingga kita tidak merekomendasikan," bebernya.
Namun, dia menambahkan bahwa pandangannya bukan pilihan mutlak.
"Tapi tentu ada pertimbangan lain dari pemerintah saya melihatnya dari aspek epidemiologi. Mungkin ada pertimbangan lain misalnya aspek psikologi, aspek ekonomi, dan lainnya," ucapnya.
Ansariadi menilai, peningkatan kasus Covid-19 ini pada umur 10-19 tahun disebabkan oleh mobilitas yang tinggi dan kurangnya kesadaran terkait gejala yang dialami. Rata-rata mereka ini OTG, ada juga yang bergejala tapi tidak disadari, misalnya hilang penciuman, itu hanya dianggap biasa, padahal gejala ini harus dihindari.
Dengan demikian tentu semua berharap penularan virus Corona di Indonesia bisa segera diatasi dan negeri ini bisa pulih kembali diberbagai sektor, utamanya disektor ekonomi seperti sedia kala.
Dari data resmi Posko Induk COVID-19 Makassar per Kamis (24/12), sejak awal kasus COVID-19 hingga hari ini total warga terkonfirmasi positif COVID-19 di Kota Makassar ada sebanyak 12.831 orang. 10.772 Orang dari jumlah tersebut dinyatakan sembuh, 349 meninggal dunia, suspek 5935 dan 1681 lebih masih menjalani perawatan dan isolasi mandiri.