Sabtu, 26 Desember 2020 20:02
Foto: Getty Images.
Editor : Nur Hidayat Said

RAKYATKU.COM - Badan Antariksa dan Penerbangan Amerika Serikat (NASA) dilaporkan membunuh 27 ekor monyet dalam satu hari lewat eutanasia. Ini dilakukan di laboratorium di California, AS, pada 2019.

 

Eutanasia adalah praktik pencabutan kehidupan manusia atau hewan melalui cara yang dianggap tidak menimbulkan rasa sakit atau menimbulkan rasa sakit yang minimal. Biasanya dilakukan dengan cara memberikan suntikan yang mematikan.

Melansir The Guardian, sebuah dokumen melampirkan informasi bahwa seluruh monyet itu mati oleh obat yang diberikan oleh peneliti NASA di pusat penelitian Ames di Silicon Valley, California, pada 2 Februari 2020.

Baca Juga : Di Tengah Ketegangan, Astronaut AS Pulang ke Bumi dengan Pesawat Antariksa Rusia

NASA membunuh seluruh monyet itu karena alasan sudah tua dan 21 di antaranya memiliki penyakit Parkinson.

 

Tindakan NASA itu pun mendapat kecaman serius dari banyak pihak. Mereka mempertanyakan mengapa NASA tidak memindahkan seluruh monyet itu ke tempat perlindungan lain.

Perwakilan parlemen AS, Kathleen Rice telah menulis surat kepada Jim Bridenstine, administrator NASA untuk menuntut penjelasan atas kematian itu.

Baca Juga : NASA Libatkan Imam Masjid hingga Pendeta untuk Penelitian Terkait Alien

Melansir Futurism, seluruh monyet yang mati itu diketahui sempat dirawat oleh perusahaan penelitian obat LifeSource BioMedical. Hewan-hewan itu dilaporkan bukan bagian dari penelitian apa pun.

Menurut CEO LifeSource BioMedical Stephanie Solis, pihaknya hanya sekadar merawat hewan yang diserahkan oleh NASA. Bahkan, perusahaan menggunakan anggaran sendiri untuk memberikan tempat dan makanan bagi seluruh monyet itu.

"Sampai usia lanjut mereka dan kesehatan yang menurun menghasilkan keputusan untuk secara manusiawi eutanasia untuk menghindari kualitas hidup yang buruk," kata Solis.

Baca Juga : SpaceX & NASA Luncurkan 128 Bayi Cumi-cumi ke Luar Angkasa

Sebenarnya, sudah ada upaya untuk menghentikan penggunaan primata dalam penelitian laboratorium sejak lama. Akan tetapi, usaha itu belum berhasil sampai saat ini.

Pada 2017 misalnya, 76.000 primata digunakan dalam peneliti biomedis AS, menurut data yang dirilis oleh Departemen Pertanian AS.