RAKYATKU.COM - Tiga perusahaan pembuat vaksin--AstraZeneca, Pfizer, dan Moderna--sudah mengumumkan hasil uji coba kandidat vaksin Covid-19" href="https://rakyatku.com/tag/vaksin-covid-19">vaksin Covid-19.
Ketiga vaksin tersebut tampak menjanjikan untuk mencegah penularan virus corona. Apa saja perbedaan di antara ketiga vaksin itu?
Dengan pengumuman dari perusahaan farmasi AstraZeneca pada Senin (23/11/2020) bahwa vaksinnya berhasil mencegah penularan virus corona, tiga calon vaksin tampaknya menjadi alat penting yang menjanjikan untuk mengurangi pandemi Covid-19.
Baca Juga : Ayo Vaksin! Binda Sulsel Bersama Puskesmas Turikale Maros Gelar Vaksinasi Massal
Perusahaan bioteknologi Moderna yang bermitra dengan perusahaan obat Pfizer dan BioNTech mengumumkan pekan lalu, vaksin mereka siap untuk diserahkan ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) Amerika untuk mendapat pengesahan penggunaan darurat.
Kemajuan itu adalah secercah harapan karena jumlah kematian dunia akibat Covid-19, menurut data Johns Hopkins University, hampir mencapai 1,4 juta orang.
Namun, para ilmuwan mengingatkan, semua yang mereka ketahui tentang vaksin tersebut baru sebatas yang diumumkan perusahaan dalam siaran pers.
Baca Juga : Gebyar Vaksin Covid-19, Pemkab Gowa Siapkan Doorprize Puluhan Sepeda Motor
Lebih banyak data akan tersedia dalam beberapa minggu mendatang, ketika perusahaan-perusahaan itu mengajukan vaksinnya ke FDA.
Sampai data-data vaksin itu diketahui, berikut perbandingan vaksin-vaksin tersebut berdasarkan informasi yang disajikan dalam siaran pers perusahaan.
Seperti trailer film, "Traler menyajikan cuplikan-cuplikan adegan yang menarik, tetapi banyak yang tidak diungkap. Anda harus menonton keseluruhan film itu," kata William Schaffner, profesor penyakit menular di Universitas Vanderbitl.
Baca Juga : 12 Puskesmas Serentak Lakukan Vaksin ke Anak di Rujab Bupati Barru
Ketiga vaksin itu tampaknya sangat manjur. FDA mengatakan kepada perusahaan, bahwa produk mereka harus memiliki kemanjuran di atas 50 persen guna mendapat persetujuan darurat. Ketiganya jauh melampaui persyaratan itu, tetapi memerlukan dua dosis agar manjur secara maksimum.
Kemanjuran vaksin buatan Pfizer dan Moderna sekitar 95 persen dalam uji klinis mereka. Vaksin AstraZeneca manjur hingga 90 persen, meskipun satu regimen dosis kurang manjur dan hanya mencapai 62 persen.
Namun, imbuh Schaffner, perusahaan belum merilis semua data tentang seberapa manjurnya vaksin untuk berbagai usia atau kelompok etnis, atau untuk orang dengan kondisi medis berbeda. Studi mungkin terlalu kecil untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu sepenuhnya.
Baca Juga : Ini Hukum Vaksinasi COVID-19 Saat Menjalani Puasa Ramadan
“Pertanyaannya adalah efektif untuk pada siapa?” kata Paul Offit, Direktur Pusat Edukasi Vaksin di Rumah Sakit Anak Philadelphia.
Schaffner mencatat bahwa belum ada studi mengenai vaksin Covid-19" href="https://rakyatku.com/tag/vaksin-covid-19">vaksin Covid-19 yang dilakukan terhadap anak-anak dan perempuan hamil.
Studi juga tidak akan menentukan seberapa perlindungan akan bertahan.
Baca Juga : Pria Ini Divaksinasi 90 Kali demi Jual Kartu Vaksin Palsu
Dan, studi-studi itu juga tidak akan menyebut apakah vaksini mencegah infeksi atau hanya menurunkan jumlah virus secukupnya agar seseorang tidak sakit.
Jika divaksinasi dan orang-orang masih bisa membawa dan menyebarkan virus, Schaffner mengatakan “Anda masih harus mengenakan masker dan menjaga jarak, dan lain-lain yang akan membuat orang kesal?"
Tidak satu pun dari perusahan pembuat vaksin itu melaporkan masalah keamanan yang besar.
Vaksin Virus Corona Pfizer 95 Persen Efektif
Untuk vaksin buatan Pfizer dan Moderna, efek samping yang paling umum adalah pegal pada lengan yang biasanya dirasakan lebih dari satu hari, demam, dan kelelahan.
“Efek samping tersebut bukan yang kami sebut serious, tapi penting,” kata Schaffner. “Itu lebih dari efek samping yang anda rasakan dengan vaksin flu.”
AstraZeneca mengatakan tidak ada masalah serius yang telah diidentifikasi, tetapi perusahaan itu tidak memberi rincian.
Perusahaan itu sempat menghentikan uji coba dua kali karena dua partisipan menunjukkan masalah saraf yang serius.
Dewan keamanan studi tersebut keduanya hanya kebetulan dan bukan karena vaksin Covid-19" href="https://rakyatku.com/tag/vaksin-covid-19">vaksin Covid-19. Namun, para pakar di luar dewan belum melihat datanya.
Ketersediaan
Di antara ketiganya, AstraZeneca kemungkinan bisa menyediakan sebagian besar dosis lebih awal
CEO AstraZeneca Pascal Soriot tidak menyebut angka pasti, tetapi mengatakan perusahaan akan punya “ratusan juta dosis yang akan disetujui.”
Perusahaan itu sudah punya sejumlah kesepakatan untuk memproduksi 1,7 miliar dosis di seluruh dunia. Termasuk kesepakatan dengan Serum Institute of India untuk memproduksi 1 miliar dosis untuk negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Pfizer mengatakan akan memproduksi 50 juta dosis di seluruh dunia pada akhir tahun ini dan naik menjadi 1,3 miliar dosis tahun depan.
Moderna menargetkan akan mengirim 20 juta dosis ke Amerika Serikat tahun ini dan 500 juta hingga 1 miliar dosis ke seluruh dunia pada 2021.
Vaksin AstraZeneca paling mudah dikirim dan disimpan. Vaksinnya bisa tahan setidaknya 6 bulan disimpan di lemari pendingin.
Vaksin Covid-19 buatan Moderna dan Pfizer harus dibekukan untuk penyimpanan jangka panjang. Vaksin buatan Moderna bisa bertahan satu bulan di lemari pendingin. Vaksin Pfizer butuh lemari pembeku (freezer) yang ultra dingin.
Jenis lemari pembeku ini tidak umum ditemukan di luar pusat-pusat studi medis. Vaksin Pfizer hanya bertahan lima hari di lemari pendingin biasa.
Vaksin Covid-19 buatan AstraZeneca paling murah.
Perusahaan itu sudah berjanji tidak akan mengambil keuntungan dari vaksin selama masa pandemi. Menurut sejumlah laporan media, biaya vaksinasi untuk vaksin AstraZeneca diperkirakan $5atau sekitar Rp 71.000 per suntikan. Dibandingkan dengan $20 hingga $40 per suntikan atau Rp240 ribu hingga Rp567 ribu untuk vaksin lain.
Karena pembeli utama adalah pemerintah, harga akan menjadi faktor utama di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan kelompok-kelompok kemitraan swasta dan pemerintah yang akan membeli dan mendistribusikan vaksin.
Sumber: VOA Indonesia