Senin, 02 November 2020 22:14
Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia (UI), Riyanto.
Editor : Alief Sappewali

RAKYATKU.COM - Di tengah melemahnya ekonomi nasional akibat pandemi Covid-19 yang berkepanjangan, permintaan sub sektor pertanian pada komoditas hortikultura seperti sayur dan buah segar justru mengalami peningkatan.

 

Berdasarkan data BPS, tren produksi buah-buahan lokal pada kurun waktu empat tahun terkonfirmasi meningkat cukup signifikan.

Pada tahun 2019, misalnya, produksi buah-buahan lokal mencapai 22,5 juta ton atau naik 4,8 persen jika dibanding tahun 2018. Bahkan buah-buahan tahunan menjadi komoditas terbesar ketiga setelah kopi dan tanaman obat. Nilai ekspornya kurang lebih mencapai US$140.228,90.

Baca Juga : Kunjungan Kerja ke Gowa, Mentan Ingatkan Distributor Pupuk Tak Macam-macam

Mengenai hal ini, peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia (UI), Riyanto menilai peningkatan kualitas buah perlu mendapat perhatian khusus dari semua pihak. Termasuk dari kalangan pengusaha dalam mendorong peningkatan ekspor buah lokal.

 

"Kuncinya ada pada peningkatan kualitas buah lokal kita serta semua orang harus terus mengkampanyekan makan buah nusantara," kata Riyanto, Senin (2/11/2020).

Perlu diketahui, sejak tahun 2006 Kementan fokus melakukan pengembangan buah-buahan unggul di seluruh daerah. Kegiatan ini meliputi pengembangan kawasan dan pendampingan penerapan budidaya sesuai dengan kaidah GAP/SOP. Di samping itu, Kementan juga terus memfasilitasi para petani dengan sarana prasarana pascapanen hingga proses pengolahan dan pemasaran.

Baca Juga : Mentan Andi Amran Sulaiman Apresiasi Penjabat Gubernur Prof Zudan

Pengamat pangan sekaligus Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang, Sujarwo mengatakan bahwa langkah pemerintah sudah cukup bagus dalam mengembangkan potensi buah dan sayur lokal.

Namun, kata dia, pemerintah harus membuka informasi dan promosi buah segar secara luas. Langkah ini penting dilakukan agar masyarakat memiliki geliat tanam serta pengetahuan lebih pada subsektor sayur dan buah segar.

Apalagi, kata Sujarwo, persepsi masyarakat tentang pengetahuan buah lokal sejauh ini masih kurang baik. Karena itu, branding buah lokal sangat penting dilakukan untuk menunjang kejelasan fungsi bagi kesehatan, sehingga mengarah pada functional food. Tentunya dengan positioning yang baik dan terkoneksi dengan aspek kesehatan.

Baca Juga : Kementerian Pertanian Beri 300 Beasiswa Pengembangan SDM Sawit untuk Lulusan SMA di Sulsel

"Pandemi Covid-19 ini sebenarya momentum untuk Kementerian Pertanian (Kementan) agar terus menyuarakan buah-buahan lokal dan membrandingnya lebih bergengsi," katanya.

Sujarwo menilai, riset-riset tentang kemanfaatan buah lokal dan juga promosi atas kegunaannya makin tergerus oleh promosi dan budaya pembenar (affirmative culture). Sehingga masyarakat masih berpikiran bahwa buah impor lebih bagus dari buah lokal.

"Kita tidak akan dapat meningkatkan citra produk lokal, seperti buah, selama kita tidak menghargai produk lokal kita sendiri dengan baik," imbuhnya.

Baca Juga : Pejabat Bupati Wajo Hadiri Kunjungan Mentan RI di Rujab Gubernur Sulsel

Terpisah, Direktur Buah dan Florikultura Kementerian Pertanian, Liferdi Lukman mengatakan bahwa peluang bisnis buah dan sayur lokal masih tergolong tinggi, terutama di pasar lokal bahkan internasional.

Saat ini, kata Liferdi, buah-buahan yang mengalami lonjakan permintaan di antaranya jambu biji, jeruk lemon dan alpukat. Hal ini dikarenakan buah-buahan tersebut dikenal kaya serat, vitamin C,E, dan antioksidan.

"Buah-buahan tersebut banyak diproduksi oleh petani-petani kita dan penjualan buah hingga kini masih tinggi. Pastinya akan dapat membantu para oetani di tengah kondisi sekarang ini," tutupnya.