Selasa, 20 Oktober 2020 12:41
Editor : Redaksi

GOWA - Kabupaten Gowa menjadi peringkat pertama untuk kinerja lokus pelaksanaan konvergensi intervensi penurunan kasus stunting terintegrasi di Sulsel dengan meraih skor 38.

 

Kepala Bappeda Kabupaten Gowa, Taufik Mursad mengungkapkan, indikator penilaian dari provinsi yang membuat Gowa meraih peringkat pertama yakni penentuan lokasi berdasarkan data sebaran, menentukan intervensi yang diprioritaskan penanganannya, dan mengindentifikasi kendala yang menyasar rumah tangga 1000 HPK.

Tak hanya itu, penyusunan rencana kegiatan berdasarkan matriks rekomendasi, dan menyiapkan rincian kegiatan masing-masing desa fokus yang menunjukkan menunjukkan berdasarkan hasil analisis situasi pada tahun berjalan dengan mengintegrasikan rencana kegiatan ke dalam dokumen perencanaan dan penganggaran.

Baca Juga : Pembukaan MTQ Sulsel, Adnan-Kio Beri Semangat ke Kontingen Gowa

"Semua itu didukung dengan kerjasama mulai dari pimpinan daerah dan stakeholders yang ikut partisipasi aktif selama pelaksanaan yang menghasilkan komitmen penanganan stunting. Selain itu kami telah menyediakan dukungan regulasi untuk mengoptimalkan peran desa dan masyarakat dalam penurunan stunting," jelas Taufik.

 

Berdasarkan hal tersebut yang telah dipresentasikan di Hotel Four Poin Makassar pada 7 Oktober lalu, Kabupaten Gowa meraih peringkat pertama dengan skor 38.

"Alhamdulillah semua ini kita penuhi dan hampir keseluruhan nilai kita A," katanya.

Baca Juga : Bupati Gowa: Keberlanjutan Program Pendidikan Makin Tingkatkan SDM Unggul

Olehnya dirinya berharap dengan capaian ini akan semakin memicu semangat dan motivasi seluruh tim dan stakeholder untuk lebit giat dalam pelaksanaan intervensi sehingga penurunan angka stunting dapat berjalan maksimal sesuai perencanaan yang ada.

Sementara Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Gowa, dr Hasanuddin, mengatakan kinerja ini melibatkan semua Organisasi Perangkat Daerah (OPD) sesuai dengan tupoksi masing-masing. 

"Penanganan stunting yang dipimpin Bupati Gowa, terbagi dalam dua, yaitu secara sensitif dan spesifik. Secara sensitif inilah yang melibatkan SKPD, yakni; Dinas PUPR, Dinas Ketahanan Pangan, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas PMD, Dinas PPKB, Dinas Sosial, Dinas Perhubungan, Dinas Kominfo, Dinas Pendidikan, termasuk PKK dan beberapa OPD. Sementara untuk spesifik, Dinas Kesehatan dan Bappeda menjadi leading sektornya. Dinkes melakukan pemantauan mulai dari gizi dan pemeriksaan ibu saat hamil," ungkapnya.

Baca Juga : Adnan Purichta Harap Kafilah MTQ Gowa Tunjukkan Kemampuan Terbaik

Menurut dr Hasanuddin yang juga Plt Dirut RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa ini stunting tidak hanya terkait gizi, tetapi juga pengaruh lingkungan, sehingga masa terpenting pencegahan itu dimulai saat pada masa kehamilan hingga usia 2 tahun.

Pada kesempatan yang sama, Lisnawati Djamaluddin, pengelola program gizi Dinkes Gowa menambahkan di Kabupaten Gowa berfokus pada 5 (lima) kecamatan yang menjadi sasaran pemeriksaan stunting dimana 3.000 diantaranya ditemukan positif mengalami stunting.

"Inilah yang sejak Februari 2020 kemarin, menjadi fokus penanganan. Karena dalam pelaporan, dilakukan dua kali dalam setahun yaitu pada Februari dan Agustus. ini sudah kita sosialisasikan sejak Februari 2020," jelasnya.

Baca Juga : Gowa Raih Penghargaan Pembangunan Daerah Terbaik Pertama Tingkat Sulsel Tahun 2024

Adapun kelima kecamatan yang dimaksud sebagai daerah lokus penanganan stunting yaitu Kecamatan Bontonompo, Bontonompo Selatan, Barombong, Manuju dan Bajeng Barat.