RAKYATKU.COM - Data menunjukkan naik pesawat memiliki risiko tertular Covid-19 lebih rendah dibanding moda lain.
Diberitakan Lonely Planet, Jumat (16/10/2020), International Air Transport Association (IATA) atau Asosiasi Transportasi Udara Internasional mengklaim, sangat kecil angka yang menunjukkan infeksi Covid-19 di udara.
Klaim itu mewakili sekitar 290 maskapai penerbangan di seluruh dunia. Mereka mengatakan, 1,2 miliar penumpang telah melakukan perjalanan dengan pesawat sejak awal tahun.
Baca Juga : Wali Kota Makassar Ingatkan Varian Baru Covid-19
Sejauh ini hanya ada 44 kasus Covid-19 yang dilaporkan di mana transmisi diduga terkait dengan penerbangan.
"Itu satu kasus untuk setiap 27 juta pelancong. Kami menyadari bahwa ini mungkin perkiraan yang terlalu rendah, tetapi bahkan jika 90% kasus tidak dilaporkan, itu akan menjadi satu kasus untuk setiap 2,7 juta pelancong," kata Dr David Powell, penasihat medis IATA.
"Kami pikir angka ini sangat meyakinkan. Selain itu, sebagian besar kasus yang dipublikasikan terjadi sebelum pemakaian penutup wajah dalam penerbangan menjadi meluas," ucap Powell.
Baca Juga : Waspada! COVID-19 Varian XBB Terdeteksi di Indonesia
Menurut publikasi penelitian yang dilakukan oleh Airbus, Boeing, dan Embraer mengungkapkan laporan simulasi rinci yang mengonfirmasi bahwa sistem aliran udara pesawat mengontrol pergerakan partikel di kabin membatasi penyebaran virus.
Mereka mengatakan bahwa sistem aliran udara pesawat, filter HEPA, penghalang alami sandaran kursi, aliran udara ke bawah dan tingkat pertukaran udara yang tinggi secara efisien mengurangi risiko penularan penyakit di pesawat dalam waktu normal.
Udara dipertukarkan 20-30 kali per jam di dalam sebagian besar pesawat yang sangat menguntungkan dibandingkan dengan ruang kantor rata-rata (rata-rata dua hingga tiga kali per jam) atau sekolah (rata-rata 10-15 kali per jam).