RAKYATKU.COM - Pundi-pundi rupiah akan mengalir kompetitif dari program food estate Kalimantan Tengah (Kalteng).
Selain padi rawa, food estate diperkirakan akan menghasilkan beragam komoditi dengan nilai ekonomi menjanjikan hingga Rp14 juta per bulan per orang.
Produknya mulai dari hortikultira, peternakan, hingga perikanan. Dengan mengoptimalkan luas lahan 30 ribu hektare, integrasi beragam produk tersebut dipercaya membuat petani semakin sejahtera.
Baca Juga : Kunjungan Kerja ke Gowa, Mentan Ingatkan Distributor Pupuk Tak Macam-macam
Perekonomian Kalteng juga dijamin semakin cerah seiring digulirkannya program food estate. Lokasinya berada di Belanti Siam, Pandih Batu, dan Pulang Pusau, Kalteng.
Launchingnya dilakukan langsung Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). Memiliki luas potensial 164,6 ribu hektare, food estate mengembangkan pendekatan pertanian dari hulu-hilir. Untuk luas fungsional sekitar 85,45 ribu hektare, lalu 79,1 ribu hektare adalah luas fungsional.
"Dari awal program ini sangat bagus secara ekonomi. Ada banyak manfaat ekonomi yang didapat petani dan masyarakat dalam pengelolaan satu kawasan food estate. Semua potensi ini dikembangkan secara komprehensif dan terukur," ungkap Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL), Kamis (8/10/2020).
Baca Juga : Mentan Andi Amran Sulaiman Apresiasi Penjabat Gubernur Prof Zudan
Munculnya food estate sebagai penopang pangan nasional memang menjanjikan secara bisnis. Mengembangkan komoditi padi, program food estate mengalokasikan luas lahan 10 ribu hektare.
Rencana tanam hingga akhir 2020 diperkirakan menghasilkan luas lahan 8.708 hektare. Untuk zonasi Kapuas, rencana tanamnya mencapai 13.999 hektare dengan luas potensial 30 ribu hektare. Untuk komoditi padi akan mampu memberikan pendapatan Rp2 juta per bulan per orang.
Kapasitas produksinya dinaikkan menjadi 6 ton per hektare dengan durasi panen tiga kali setahun.
Baca Juga : Kementerian Pertanian Beri 300 Beasiswa Pengembangan SDM Sawit untuk Lulusan SMA di Sulsel
"Food estate akan menjadi sentra ekonomi baru bagi Kalteng bahkan Indonesia. Aktivitas pertanian dilakukan komprehensif dengan basis korporasi. Komoditasnya sangat beragam dengan value ekonomi besar. Intinya, food estate akan terus mendongkrak perekonomian masyarakat selain lumbung pangan nasional," terang Syahrul lagi.
Diintegrasikan dengan komoditas lain, food estate Kalteng mengembangkan budi daya itik. Spesies yang dikembangkan ada dua, yaitu itik alabimaster-2 agrinak dan itik mojomaster-1 agrinak. Itik alabimaster-1 memiliki kemampuan produksi telur 128 butir dengan berat 0,8 gram pada enam bulan awal. Bila berumur setahun, produksinya menjadi 287 butir per ekor. Itik jenis ini mulai bertelur pada usia 177 hari.
Baca Juga : Pejabat Bupati Wajo Hadiri Kunjungan Mentan RI di Rujab Gubernur Sulsel
Profil kompetitif juga dimiliki itik mojomaster-1 yang mulai bertelur pada usia 120 hari. Pada usia 6 bulan, itik mojomaster-1 menghasilkan telur 120 butir per ekor. Jumlahnya melonjak jadi 238 butir per ekor saat memasuki usia satu tahun. Berat telurnya mencapai 60,2 gram per butir.
Saat berusia satu tahun, itik rata-rata dijual dengan harga Rp90 ribu per ekor. Itik dijual untuk dikonsumsi dagingnya.
Keuntungan ekonomi semakin besar karena harga telur itik mencapai Rp2 ribu per butirnya. Untuk berat 1 kg terdiri sekitar 20 butir telur itik.
Baca Juga : Ditjen Perkebunan Kementan Tetapkan Harga Pembelian Tebu
"Integrasi itik dan komoditi lain dalam food estate tentu menguntungkan. Ada banyak sekali lini pendapatan dengan nilai potensial yang dimiliki oleh petani. Dengan profil positif seperti ini, daerah lain di Indonesia bisa mencontohnya," tegas Syahrul lagi.
Selain itik, food estate juga mengembangkan produk perikanan. Jenis ikan yang dikembangkan adalah lele (Clasias Gariepinus) dan ikan kapar belmeah (Belontia Haseti).
Ikan-ikan ini dipelihara pada keramba dengan ukuran 3x3x1,5 meter. Total ada 168 keramba yang sedang dikembangkan di irigasi sekunder. Dalam satu keramba menghasilkan 500 ekor lele besar.
Kompetitif dikembangkan, budi daya lele memberikan banyak manfaat. Nilai ekonominya pun dihasilkan dari berat panen lele sekitar 200 gram per ekor. Harga jualnya mencapai Rp20 ribu per kilogram dengan siklus panen tiga kali dalam setahun.
Selain ekonomi, lele juga memiliki kandungan gizi yang bagus. Ada energi 240 kkal, 17,57 gram protein, lemak 14,53 gram, hingga 13,6 gram asam lemak omega 3.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi juga menambahkan food estate didesain sebagai penghasil pendapatan yang komplek. Apalagi pendekatannya secara korporasi.
"Ada banyak manfaat ekonomi yang diraih, selain produktivitasnya. Selain kualitas, kami memang terus menaikkan produktivitasnya melalui inovasi dan teknologi," jelas Dedi.
Lebih lanjut dijelaskan, food estate juga mengembangkan budi daya jeruk siam Pontianak. Jeruk ini mampu menghasilkan 75-200 kg per pohon per tahun. Umur panen idealnya berada pada 1,5 hingga dua tahun.
Sebagai strategi mengoptimalkan produktivitasnya, Kementan melalui BPPSDMP melakukan banyak pelatihan. Tema pelatihannya di antaranya integrasi padi-kelapa genjah-itik. Pelatihan lainnya adalah tumpangsari padi-kelapa genjah.
"Impact food estate luar biasa. Dalam tiga tahun, pendapatan petani bisa meningkat tujuh kali lipat. Semuanya sudah dihitung. Kami juga melakukan berbagai upaya untuk menaikan produktivitas dan kualitas produk-produk food estate. Kami akan terus support, termasuk penguatan sumber daya manusia untuk melahirkan inovasi terbaik. Kalau food estate dikembangkan maksimal, tentu manfaatnya akan luar biasa," tutup Dedi.