Rabu, 09 September 2020 17:03
Editor : Alief Sappewali

RAKYATKU.COM,MALANG – Demi meningkatkan harga cabai, petani di Karangploso, Kabupaten Malang, Jawa Timur, mengolah cabai menjadi produk olahan. Cara ini mampu mendongkrak pendapatan petani yang mengeluhkan rendahnya harga cabai.

 

Salah satu komoditi yang cukup lama bertahan di titik terendah selama pandemi adalah cabai. Selama beberapa pekan terakhir harga cabai tidak mampu melaju di atas Rp10 ribu per kilogram. Di beberapa wilayah bahkan sempat menembus titik terendah pada kisaran Rp2 ribu per kilogram.

Pada angka ini biasanya petani memilih untuk tidak memanen cabainya, karena biaya petik lebih mahal dibanding harga jual cabai.

Baca Juga : Kunjungan Kerja ke Gowa, Mentan Ingatkan Distributor Pupuk Tak Macam-macam

Namun, hal itu mampu disiasati penyuluh dan petani di Desa Bocek, Kecamatan Karangploso, yang merupakan salah satu daerah sentra cabai di Kabupaten Malang, Jawa Timur.

 

Dalam satu musim tanam, bisa mencapai minimal 200 hektare lahan tertanami cabai rawit dan cabai merah. Namun sudah dua musim ini atau dua tahun terakhir, petani cabai Desa Bocek tidak bisa tersenyum akibat anjloknya harga cabai pada saat panen raya.

“Bahkan simpanan petani berupa hewan ternak baik sapi atau kambing harus direlakan terjual untuk pengembalian modal usaha," ujar Ketua Kelompok Tani Tri Rejeki Desa Bocek, Suprianto, Rabu (9/9/2020).

Baca Juga : Mentan Andi Amran Sulaiman Apresiasi Penjabat Gubernur Prof Zudan

Berbagai upaya telah dilakukan oleh penyuluh Kecamatan Karangploso, seperti menghubungkan dengan beberapa pelaku usaha dari luar daerah. Namun dengan adanya PSBB upaya tersebut tidak bisa lancar terlaksana.

Keterpurukan petani cabai memacu semangat penyuluh untuk terus mencari terobosan upaya agar panenan bisa terserap. Koordinator penyuluh Kecamatan Karangploso, Chriesna berkoordinasi dengan Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan untuk belajar membuat olahan cabai dibawah bimbingan Saptini Mukti Rahajeng sebagai widyaiswara.

Dengan modal yang terbatas, Penyuluh Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Karangploso berupaya membeli hasil petani dengan memberi sedikit selisih harga di atas harga pasar, untuk kemudian mengolah dengan cara mengeringkan.

Baca Juga : Kementerian Pertanian Beri 300 Beasiswa Pengembangan SDM Sawit untuk Lulusan SMA di Sulsel

Cabai kering ini kemudian diolah lagi menjadi beberapa varian produk seperti abon cabai, serbuk cabai, dan minyak cabai. Beberapa produsen basreng bahkan lebih memilih membeli cabai kering utuh sebagai bumbu pelengkap produknya.

Meski belum mampu menjadi upaya pemecahan masalah besar petani, tim penyuluh BPP Karangploso tetap berharap langkah kecil ini bisa membuat petani sedikit tersenyum dalam pedasnya problematika usaha tani cabai.

Apa yang dilakukan oleh petani dan penyuluh Kecamatan Karangploso merupakan upaya untuk tetap bertahan di anjloknya harga cabai sebagai salah satu imbas pandemi.

Baca Juga : Pejabat Bupati Wajo Hadiri Kunjungan Mentan RI di Rujab Gubernur Sulsel

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi, mengatakan diperlukan terobosan dari para petani dan penyuluh untuk menambah nilai dari komoditas pertanian.

“Salah satunya melalui proses pengolahan dan pengemasan produk. Ini salah satu hal penting. Jadi petani tidak langsung menjual hasil panen. Tapi bisa diolah agar harganya bisa meningkat. Ini salah satu cara untuk meningkatkan kesejahteraan petani,” katanya.

Menteri Pertanian Sahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, di tengah pandemi Covid yang tak kunjung usai sektor pertanian harus terus berjalan.

Baca Juga : Ditjen Perkebunan Kementan Tetapkan Harga Pembelian Tebu

“Untuk memastikan pertanian bisa terus berjalan, diperlukan berbagai inovasi dan terobosan untuk tetap membuat sektor pertanian bertahan. Cara ini juga bisa membuat petani terjaga pemasukannya,” tuturnya.

TAG

BERITA TERKAIT