Senin, 07 September 2020 14:08
Foto: AP
Editor : Nur Hidayat Said

RAKYATKU.COM - Petugas penyelamat mengatakan tidak ada lagi tanda-tanda bahwa ada korban selamat di reruntuhan gedung ledakan Beirut, Sabtu malam (5/9/2020) waktu setempat.

 

Ledakan pada 4 Agustus di pelabuhan Beirut menewaskan sedikitnya 191 orang dan menjadi bencana paling mematikan di Libanon. Satu bulan berlalu, tujuh orang masih dinyatakan hilang.

Pada Rabu malam, seekor anjing pelacak tim penyelamat dari Chile mendeteksi bau manusia di bawah bangunan runtuh yang rusak berat di lingkungan Gemmayzeh di dekat pelabuhan.

Baca Juga : Kemungkinan Masih Ada Penyintas di Bawah Reruntuhan Ledakan Beirut

Sensor berteknologi tinggi sebelumnya mendeteksi keberadaan detak jantung yang cukup jelas dan diikuti dengan pencarian oleh tim penyelamat.

 

Akan tetapi, usai tiga hari melakukan upaya pencarian, Anggota tim SAR Chile, Fransesco Lermanda mengatakan tidak ada lagi tanda-tanda kehidupan di bawah reruntuhan.

"Sayangnya, hari ini kami dapat mengatakan bahwa secara teknis, kami tidak melihat tanda-tanda kehidupan di dalam gedung," ujarnya kepada media.

Baca Juga : Presiden Libanon: Kerugian Ledakan Beirut Rp221 Triliun

Dia menambahkan, dua petugas penyelamat telah menyelinap melalui terowongan untuk memeriksa setiap korban di lokasi rongga udara terakhir, tetapi tidak menemukan satu orang pun di sana.

Meski demikian, Lermanda menuturkan upaya penyelamatan akan terus dilakukan untuk mengamankan zona tersebut dan memastikan tidak ada kemungkinan korban tertinggal di dalam reruntuhan.

Perwira Pertahanan Sipil, Qassem Khater, mengatakan timnya bertekad untuk tidak menyerah. "Kami tidak akan meninggalkan lokasi sampai kami selesai melewati puing-puing, bahkan jika bangunan baru terancam runtuh," ujarnya.

Baca Juga : KRI Sultan Hasanuddin Bawa 119 Prajurit Lolos dari Ledakan Beirut, Begini Ceritanya

Anggota Penyelamat Chile, Walter Munoz mengatakan kemungkinan untuk menemukan korban selamat hanyalah "dua persen".

Para pejabat Libanon juga meyakini bahwa kemungkinan korban selamat yang bisa bertahan begitu lama di bawah reruntuhan sangatlah kecil.