RAKYATKU.COM - Presiden Libanon, Michel Aoun, mengatakan pada Jumat (7/8/2020) bahwa penyelidikan terhadap ledakan terbesar di dalam sejarah Beirut akan turut mencari penyebab ledakan, apakah disebabkan oleh bom atau gangguan eksternal lainnya.
Tim penyelamat masih terus melakukan pencarian dan evakuasi terhadap korban yang mungkin masih hidup dari ledakan di pelabuhan yang menewaskan 154 orang dan melukai 5.000 orang. Tragedi yang terjadi pada Selasa (4/8/2020) ini menghancurkan sebagian kota Mediterania.
"Penyebabnya belum dipastikan. Ada kemungkinan gangguan eksternal melalui roket atau bom atau tindakan lain," kata Aoun kepada media setempat dilansir dari Reuters.
Baca Juga : Detak Jantung Terdeteksi di Reruntuhan Ledakan Beirut, Petugas Penyelamat Sebut Tak Ada yang Selamat
Aoun, yang sebelumnya mengatakan bahan peledak disimpan dengan tidak aman selama bertahun-tahun di pelabuhan, mengatakan penyelidikan juga akan mempertimbangkan apakah ledakan itu terjadi karena kelalaian atau kecelakaan.
Seorang sumber mengatakan penyelidikan awal menunjukkan adanya kelalaian.
Israel, yang telah berperang beberapa kali dengan Libanon, membantah negaranya memiliki peran dalam kejadian itu. Sementara Presiden Turki, Tayyip Erdogan, mengatakan penyebabnya tidak jelas, tetapi dia membandingkan ledakan itu dengan pengeboman pada 2005 yang menewaskan mantan Perdana Menteri Rafik al-Hariri.
Sayyed Hassan Nasrallah, pemimpin kelompok Syiah Lebanon, Hizbullah, membantah adanya opini yang mengatakan kelompok yang didukung Iran tersebut memiliki senjata yang disimpan di pelabuhan.
Baca Juga : Kemungkinan Masih Ada Penyintas di Bawah Reruntuhan Ledakan Beirut
Dia menyerukan penyelidikan yang adil dan akuntabilitas yang ketat untuk siapa pun yang bertanggung jawab, tanpa perlindungan politik.
Sumber: VOA Indonesia