RAKYATKU.COM - Islam adalah salah satu agama yang paling pesat berkembang di Amerika Serikat. Tak heran, suara penduduk muslim jadi incaran politisi, termasuk oleh mantan wakil presiden, Joe Biden.
Kelompok muslim makin berperan dalam percaturan politik di AS. Makin banyak muslim AS yang mencalonkan diri untuk berbagai jabatan publik, termasuk sebagai anggota dewan legislatif. Selain itu, mereka juga menjadi incaran para politisi yang ingin menggalang dukungan.
Hal itu tak lepas dari fakta bahwa Islam adalah salah satu kelompok agama yang paling pesat perkembangannya di AS. Menurut studi pada 2017 yang dilakukan Pew Research Center, muslim yang tinggal di AS diperkirakan sekitar 1,1 persen dari total populasi AS.
Baca Juga : Joe Biden Tegaskan Ukraina Tidak Akan Jadi Kemenangan Rusia
Salah satu politisi yang mengincar suara kaum muslim adalah Joe Biden.
Biden, wakil presiden di bawah pemerintahan Barack Obama dan diduga kuat akan ditetapkan sebagai calon presiden dari partai Demokrat, mendapat dukungan dari warga muslim AS dalam suatu KTT daring yang diselenggarakan organisasi advokasi Emgage Action pada Senin (20/7/2020) pekan lalu.
Berbicara dari rumahnya di Wilmington, Delaware, Biden mengatakan, “Kita semua berasal dari akar yang sama di sini, dalam hal keyakinan dasar fundamental kita. Dan saya ingin berterima kasih kepada Anda karena memberi saya kesempatan, terlibat, dan melakukan aksi pada November mendatang.”
Baca Juga : FBI Geledah Rumah Joe Biden, Dokumen Rahasia Ditemukan
Dalam pidato pada pertemuan bertajuk “Million Muslim Votes” itu, Biden mendesak muslim AS agar bergabung dengannya dalam perjuangan untuk mengalahkan petahana Donald Trump dalam pemilihan presiden November mendatang.
"Saya ingin mendapatkan suara Anda bukan hanya karena ia tidak layak menjadi presiden. Saya ingin bekerja dalam kemitraan dengan Anda, memastikan suara Anda tercakup dalam proses pengambilan keputusan sewaktu bekerja membangun kembali bangsa kita," ujar Biden.
Biden juga menegaskan tentang pentingnya pemilu tahun ini seraya mengingatkan tentang larangan yang diberlakukan pemerintahan Trump terhadap pendatang dari beberapa negara yang mayoritas penduduknya muslim, dengan menyebut larangan itu "keji".
Baca Juga : Rapat Dadakan di Bali, Joe Biden Sebut Tak Mungkin Rudal Jatuh di Polandia Ditembakkan dari Rusia
"Saya tidak perlu katakan pada Anda bahwa ini adalah pemilu paling penting dalam sejarah modern Amerika. Komunitas muslim adalah yang pertama-tama merasakan serangan Donald Trump terhadap komunitas kulit hitam dan coklat di negara ini dengan larangan Muslimnya yang keji," kata Biden.
"Perjuangan ini merupakan serangan terbuka terhadap masa hampir empat tahun terakhir yang penuh tekanan dan penghinaan terus menerus," ungkapnya.
Wa’el Alzayat, CEO Emgage Action dalam surelnya yang dikutip Associated Press mengemukakan bahwa organisasinya ingin memaksimalkan partisipasi pemilih dari kelompok Muslim Amerika di negara-negara bagian penting.
Baca Juga : Xi Jinping Tegas ke Biden Soal Taiwan, Garis Batas Pertama yang Tidak Boleh Dilanggar
Alzayat mengatakan di Michigan saja, salah satu negara bagian di mana organisasi ini memiliki banyak cabang dan di mana Trump unggul kurang dari 11 ribu suara saja pada 2016, diyakini ada 150 ribu lebih muslim yang terdaftar sebagai pemilih.
Alzayat mengemukakan partisipasi pemilih muslim AS dalam pemilu mendatang belum pernah sepenting kali ini.
Farooq Mitha, penasihat senior untuk dialog dengan muslim dalam tim sukses Biden mengatakan, menjangkau pemilih muslim AS merupakan prioritas Biden.
Baca Juga : Presiden Joe Biden Terkonfirmasi Positif Covid-19
Lanjut Mitha, tim sukses Biden telah menyelenggarakan berbagai acara dengan muslim AS dan bertemu para pemimpin komunitas selama beberapa bulan ini.
Pertemuan itu berlangsung sementara beberapa pejabat publik muslim AS terkemuka menyatakan dukungan mereka bagi Biden untuk menjadi presiden, dalam sepucuk surat yang diorganisasi oleh Emgage Action menjelang KTT tersebut.
Di antara para penandatangan surat itu terdapat anggota DPR asal Minnesota Ilhan Omar, Jaksa Agung Minnesota Keith Ellison dan anggota DPR dari Indiana Andre Carson, semuanya dari partai Demokrat.
Omar, salah seorang perempuan muslim pertama yang terpilih sebagai anggota Kongres, sebelumnya adalah pendukung penting Bernie Sanders sebelum Senator asal Vermont itu mundur dari persaingan sebagai calon presiden dari partai Demokrat pada April lalu.
Ini membuat dukungan Omar bagi Biden akan sangat membantu, sewaktu mantan wakil presiden ini berupaya menggalang suara Muslim dalam musim gugur mendatang.
Surat pro-Biden dari Muslim Amerika yang menjadi pejabat publik, mengecam sejumlah kebijakan domestik dan internasional Presiden Trump.
Termasuk di antaranya, larangan pemerintahan Trump bagi pengunjung asal beberapa negara yang mayoritas penduduknya muslim, serta kebijakannya menarik keluar AS dari perjanjian nuklir Iran dengan sejumlah negara berpengaruh dunia.
Para pejabat muslim AS itu juga memuji agenda Biden bagi komunitas muslim. Biden mengemukakan bahwa salah satu tujuannya jika terpilih sebagai presiden adalah mencabut larangan perjalanan yang dikeluarkan pemerintahan Trump dan berdampak pada muslim.
"Saya akan menjadi presiden yang terus mencari, menyimak, dan menggabungkan ide-ide dan keprihatinan muslim AS mengenai berbagai isu sehari-hari yang paling penting bagi komunitas kita," kata Biden.
"Ini akan mencakup suara muslim AS sebagai bagian dari pemerintahan saya. Jika saya mendapat kehormatan menjadi presiden, saya akan mengakhiri larangan Muslim pada hari pertama. Hari pertama."
Janji lain Biden apabila ia terpilih adalah lantang menyuarakan pelanggaran HAM terhadap minoritas di seluruh dunia. Dalam pertemuan daring itu, Biden bertekad akan terus memperjuangkan hak-hak rakyat Palestina dan Israel untuk memiliki negara masing-masing, sesuatu yang dikemukakannya selama puluhan tahun.
Sumber: VOA Indonesia