Senin, 22 Juni 2020 13:03
Tahun ini menjadi momentum berat bagi petani cabai di Kabupaten Jeneponto. Hasil panen sulit terjual hingga harganya terjun bebas.
Editor : Nur Hidayat Said

RAKYATKU.COM, JENEPONTO - Tahun ini menjadi momentum berat bagi petani cabai di Kabupaten Jeneponto. Hasil panen sulit terjual hingga harganya terjun bebas.

 

Banyak petani yang merugi. Bahkan mereka tak bisa mengembalikan modal usaha yang didapat dari utang koperasi maupun bank. "Uang dipinjam untuk keperluan tanam. Namun, panen sekarang malah seperti ini. Harga turun. Otomatis tidak bisa membayar utang," ujar Samsuddin, salah satu petani di Jeneponto, Senin (22/6/2020).

Petani lainnya, Daeng Bunga, mengatakan harga cabai mengalami penurunan karena kurangnya permintaan dari luar daerah. Harga pun anjlok di tingkat petani dan pedagang.

Daeng Bunga mengeluhkan pendapatan tidak sebanding dengan modal yang mereka keluarkan. "Harga cabai tahun 2017 lalu itu mencapai Rp70 ribu, Rp80 ribu, hingga Rp90 ribu. Tahun ini harga cabai anjlok, sementara stok banyak," sebutnya.

 

Dia bilang, pandemi Covid-19 yang juga melanda Sulawesi Selatan menjadikan permintaan dari luar daerah berkurang. "Harga cabai sekarang hanya Rp2.000 ribu per kilogram di tingkat pedangang maupun di tingkat petani," ujarnya.

Dia menyebutkan, untuk harga Kota Makassar hanya Rp4.000 ribu per kilonya. Namun, itupun tidak sebanding dengan modal yang dikeluarkan petani.

"Kalau untuk Makassar ada ji permintaan, tapi terbatas. Jadi sebagian barang (cabai) terpaksa ada yang dijemur sampai kering, selebihnya dijual untuk keperluan sehari-hari," sebutnya. 

Petani berharap pemerintah daerah, provinsi, maupun pusat agar dapat menaikan harga cabai di tingkat petani.

TAG

BERITA TERKAIT