RAKYATKU.COM - Sebuah universitas di Prancis dituduh menggunakan mayat secara semena-mena. Seperti, menendang-nendang kepala manusia layaknya bola.
Skandal itu terjadi di Centre de Don des Corps (CDC) di Paris Descartes University. Banyak orang telah menyumbangkan mayat orang-orang yang mereka cintai di sana, dengan tujuan untuk membantu mahasiswa kedokteran dalam studi mereka.
Namun, mayat-mayat itu kabarnya disalahgunakan. Beberapa dijual sebagai crash test dummies, sementara yang lain dijual kepada perusahaan swasta untuk penelitian.
Pemesanan terakhir adalah tengkorak, kerangka dan bagian tubuh lainnya. Tubuh dihargai sekitar 900 Euro (Rp14,9 juta) dan anggota tubuh 400 Euro (Rp6,6 juta).
Dua mantan pekerja, diidentifikasi sebagai Leopold dan Jacques (bukan nama asli mereka), telah berbicara tentang situasi tersebut.
Leopold mengatakan kepada media lokal: "Apa yang saya lihat di Centre de Don des Corps (CDC) adalah horor absolut. Kondisi kerja sangat buruk, pipa selalu tersumbat."
"Pergelangan kaki kami tenggelam di dalamnya, kami mengarungi itu sepanjang hari. Baunya tak tertahankan."
"Etika penting bagiku. Kami memiliki kewajiban untuk menghormati donor," katanya.
Leopold mengklaim bahwa beberapa rekannya tidak menunjukkan rasa hormat terhadap mayat.
"Beberapa pekerja bermain dengan mayat-mayat itu, menggunakan kepala mereka sebagai bola kaki dan menendang mereka di koridor."
Sementara itu, Jacques mengatakan bahwa ada tradisi di CDC di mana perkerja harus menampar orang mati sebelum menyuntikkan mereka dengan seng klorida. "Tubuh tidak memiliki nilai selain nilai pasar," katanya.
Dia juga mengklaim: "Ada aktivitas ilegal yang melibatkan ahli bedah yang ingin agar mayat tersedia secara langsung tanpa melalui prosedur normal. Mereka membayar mereka 'di bawah meja'."
Menurut France Inter, mantan manajer CDC, yang belum disebutkan namanya, mengatakan tempat itu berbatasan dengan kegilaan.
Menurut media lokal, CDC telah terlibat dalam skandal pada tahun 2016 mengenai perawatan mayat. Pada saat itu, 50 keluarga mengajukan pengaduan.
Skandal terbaru ini pecah pada November 2019 ketika majalah Prancis L'Express mengungkapkan kondisi mengejutkan di fasilitas itu. Pada bulan Februari 2020, sebuah demonstrasi berlangsung di luar Fakultas Kedokteran.
Sebelumnya pada bulan Februari, 35 keluarga donor telah mengajukan tuntutan terhadap kondisi tubuh orang yang mereka cintai.
Tidak jelas apakah pemerintah Paris sedang menyelidiki pusat tersebut, setelah laporan itu muncul.