Selasa, 03 Maret 2020 21:35
INT
Editor : Suriawati

RAKYATKU.COM - Polusi udara menewaskan 8,8 juta orang per tahun, dan mengurangi harapan hidup global hingga tiga tahun.

 

Menurut penelitian terbaru, lebih banyak orang yang meninggal cepat akibat menghirup udara beracun daripada beberapa pembunuh terbesar, termasuk malaria, HIV, perang dan merokok.

Penelitian ini dilakukan dengan meninjau hubungan antara paparan polusi udara dan berkurangnya harapan hidup orang.

Dengan menggunakan pemodelan komputer, peneliti dapat menghitung bahwa usia harapan hidup di seluruh dunia telah berkurang 2,9 tahun (2 tahun, 10 bulan).

 

Sebagai perbandingan, merokok memperpendek harapan hidup rata-rata 2,2 tahun, dan HIV/AIDS 0,7 tahun.

Dalam hal kematian, merokok membunuh sekitar 7.2 juta orang per tahun, dan HIV/ AIDS satu juta orang.

Sementara itu, polusi udara memiliki efek yang lebih besar, yaitu 8,8 kematian. Secara global, sekitar 75 persen hilangnya nyawa akibat polusi udara terjadi pada orang berusia di atas 60 tahun.

Para peneliti mengatakan bahwa polusi udara adalah salah satu "risiko kesehatan global utama".

"Jumlah kematian dan hilangnya harapan hidup dari polusi udara menyaingi efek dari merokok tembakau dan jauh lebih tinggi daripada penyebab kematian lainnya," kata peneliti dalam makalah yang diterbitkan di jurnal Cardiovascular Research.

Rekan penulis Profesor Thomas Münzel mengatakan: "Karena dampak polusi udara pada kesehatan masyarakat secara keseluruhan jauh lebih besar dari yang diharapkan, dan merupakan fenomena di seluruh dunia, kami percaya hasil kami menunjukkan ada pandemi polusi udara".  

"Dalam makalah ini kami membedakan antara polusi udara buatan manusia dan polusi dari sumber-sumber alam seperti debu gurun dan emisi api, yang tidak dapat dihindari."

"Kami menunjukkan bahwa sekitar dua pertiga dari kematian dini disebabkan oleh polusi udara buatan manusia, terutama dari penggunaan bahan bakar fosil," katanya.

:Lima setengah juta kematian di seluruh dunia per tahun berpotensi dihindari."

Para peneliti menyarankan bahwa tanpa emisi buatan manusia, harapan hidup global akan meningkat hampir dua tahun. Tanpa bahan bakar fosil saja, harapan hidup akan meningkat satu tahun.

TAG

BERITA TERKAIT