RAKYATKU.COM - Qu Lianlian, kepala perawat unit perawatan intensif di Rumah Sakit Union Wuhan meninggalkan bayinya yang berusia 3 bulan di rumah mertuanya dua minggu lalu. Dia bergabung dengan rekan-rekannya untuk memerangi epidemi virus corona.
Sejak itu, wanita berusia 36 tahun tersebut dan suaminya Cheng Yifeng, yang bekerja sebagai ahli bedah bersamanya di rumah sakit yang sama, dikutip dari Asia One, Rabu (19/2/2020).
Keduanya telah bekerja di garis depan perjuangan melawan penularan yang telah merenggut lebih dari 1.700 nyawa di seluruh China pada hari Minggu.
"Pada saat yang penuh percobaan, kita harus berada di tempat di mana kita berada dan melakukan apa yang harus kita lakukan sebagai petugas medis dan juga anggota Partai Komunis China," kata Qu dalam sebuah wawancara dengan China Daily.
Rumah sakit Qu adalah salah satu dari mereka yang ditunjuk untuk menerima pasien yang terinfeksi di kota yang paling terpukul. Karena kurangnya tenaga medis di rumah sakit setelah wabah, ia memutuskan untuk menyimpulkan cuti hamilnya terlebih dahulu dan kembali bekerja.
Sebagai kepala perawat di ICU, ia harus mengambil tanggung jawab keseluruhan untuk pengawasan aspek administrasi dan klinis asuhan keperawatan di unitnya setiap hari. Mulai dari mendekati pasien dan keluarga mereka hingga berkomunikasi dengan dokter, dan menyiapkan persediaan medis dan jas pelindung untuk mereka.
"Karena pasien yang dirawat di ICU selalu sakit kritis, kami harus siap untuk menanggapi keadaan darurat kapan saja," katanya, seraya menambahkan bahwa ia dan rekan-rekannya telah bekerja lebih dari 12 jam setiap hari.
Ketika epidemi melanda kota, banyak orang panik. Tetapi Qu mengatakan kepada tim keperawatannya bahwa mereka harus tenang dan sabar meskipun ada banyak tekanan fisik dan psikologis.
"Kita tidak bisa mundur karena pasien membutuhkan kita. Kita harus tetap kuat selama masa sulit ini. Itu tanggung jawab kita," katanya.