RAKYATKU.COM, IRAK - Amerika Serikat kembali melanjutkan operasi militer bersama dengan Irak, yang dihentikan pasca pembunuhan jenderal Qassem Soleimani.
Operasi itu dimulai pada hari Rabu (13/01/2019), meskipun Parlemen Irak telah mengusir pasukan asing di negara itu.
Dua pejabat militer AS yang dikutip oleh New York Times mengatakan bahwa Pentagon ingin melanjutkan operasi untuk mengambil perlawanan terhadap kelompok Negara Islam (ISIS).
Washington menghentikan operasi di Irak pada 5 Januari, dua hari setelah serangan udara terhadap Soleimani di bandara Baghdad.
Pada hari yang sama, para anggota parlemen Irak memilih untuk mengusir lebih dari 5.000 tentara AS yang ada di Irak.
Perdana Menteri Adel Abdul-Mahdi juga telah meminta Washington menyusun peta jalan untuk penarikan pasukan mereka. Namun AS dengan tegas menolak permintaan itu dan belum bergerak untuk menuruti permintaan itu.
Untuk saat ini tidak jelas apakah ada orang di pemerintahan Irak yang menyetujui dimulainya kembali operasi militer bersama.
Namun, Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo mengatakan pada hari Senin bahwa para pemimpin Irak telah mengatakan kepadanya secara pribadi bahwa mereka mendukung kehadiran pasukan AS, meskipun ada seruan publik agar mereka pergi.
"Mereka tidak akan mengatakannya secara terbuka. Tetapi secara pribadi mereka semua menyambut kenyataan bahwa Amerika masih ada di sana melaksanakan kampanye kontra terornya," kata Pompeo di sebuah forum di Universitas Stanford.
Ketegangan di Irak telah meningkat sejak akhir Desember, ketika serangan roket di sebuah pangkalan di Irak utara menewaskan satu kontraktor Amerika.
AS menyalahkan pejuang yang didukung Iran dan dengan cepat menyerang balik. Serangan udara Amerika menargetkan milisi yang didukung Iran di lima lokasi di Irak dan Suriah, termasuk depot senjata