RAKYATKU.COM, GEORGIA - Bermula dari cekcok karena kata sandi wi-fi, seorang adik mencekik kakaknya sampai mati.
Konfrontasi mematikan bermula setelah Kevon Watkins, yang berusia 16 tahun, mengubah kata sandi wi-fi keluarganya.
Kevon merasa frustrasi karena terlalu banyak keluarganya menggunakan internet, sehingga memperlambat koneksi game-nya.
Tak lama kemudian, adiknya menyadari apa yang terjadi dan memberi tahu ibunya. Ibu Kevon, Latoya, memutuskan untuk memberi pelajaran pada Kevon dan mencabut router WiFi.
Dia membawanya ke kamarnya, dengan asumsi bahwa itu akan mengakhiri semua pertengkaran.
Tapi Latoya salah. Kevon justru marah besar. Mendengar pertengkaran itu, kakak Kevon, Alexus, datang untuk membela ibunya.
Perdebatan itu pun dengan berubah menjadi pertengkaran fisik. Kevon dan Alexus berkelahi, dan dalam beberapa saat Kevon mencekik kakak perempuannya.
Latoya mencoba memisahkan mereka, tapi mata Kevon 'terpaku' dan tidak mendengarkan perintahnya.
Dia kemudian memanggil layanan darurat.
Ketika seorang polisi tiba sekitar 10 menit kemudian, dia menemukan Kevon masih mencekik leher kakaknya
Ketika petugas memerintahkan Kevon untuk melepaskan kakaknya, dia melakukannya. Alexus langsung jatuh lemas ke lantai.
Latoya mulai berteriak histeris dan petugas melakukan CPR untuk mencoba menyadarkannya.
Alexus dilarikan ke rumah sakit tetapi dinyatakan meninggal pada dini hari berikutnya. Dia meninggal karena sesak napas.
Ketika kasus itu sampai ke pengadilan, Latoya mengatakan Kevon menyerbu ke kamarnya, dan Alexus berlari untuk menangkapnya, lalu keduanya berkelahi
"Aku berusaha memisahkan mereka," kata Latoya.
Menurut kesaksian petugas yang datang ke rumahnya, dia tiba sekitar tujuh hingga 11 menit setelah panggilan 911 pertama. Kevon mencekik kakaknya selama itu.
Seorang saksi medis ahli mengatakan kepada pengadilan bahwa manusia tidak dapat bertahan tanpa oksigen tidak lebih dari enam menit, sebelum kerusakan otak permanen terjadi.
Sementara itu, sambil terisak Kevon mengatakan bahwa "Aku tidak pernah bermaksud membunuhnya sama sekali."
Ketika ditanya mengapa dia tidak melepaskan kakaknya ketika diminta, dia menjawab, "Karena dia akan mengalahkan saya."
Setelah persidangan dua hari, hakim memutuskan bahwa Kevon bersalah atas kejahatan pembunuhan dan penyerangan.
Kevon dijatuhi hukuman penjara seumur hidup tanpa ada pembebasan bersyarat. Keluarganya hanya bisa menangis.