Selasa, 07 Januari 2020 17:00
Editor : Andi Chaerul Fadli

RAKYATKU.COM - Menteri Pertahanan Amerika Serikat Mark Esper menentang keinginan Presiden AS Donald Trump. Yang sebelumnya menginginkan pasukannya mengebom situs budaya Iran di tengah ancaman balas dendam usai pembunuhan komandan militer, Qassem Soleimani.

 

"Militer AS akan mengikuti hukum konflik bersenjata," kata Esper, dikutip dari Aljazeera, Selasa (7/1/2020).

Trump pertama kali meningkatkan prospek menyerang situs budaya dalam tweet-nya pada hari Sabtu. Dan menegaskan pandangan itu kepada wartawan pada hari berikutnya.

"Kami telah menargetkan 52 situs Iran (mewakili 52 sandera Amerika yang diambil oleh Iran bertahun-tahun yang lalu), beberapa di tingkat yang sangat tinggi & penting bagi budaya Iran & Iran, dan target-target itu, dan Iran sendiri, AKAN MENYANGKAL SANGAT CEPAT DAN SANGAT SANGAT KERAS," tweetnya.

 

Pesan Twitter-nya membuat pejabat pemerintahan lengah dan langsung mengundang kecaman dari para sarjana hukum, pakar keamanan nasional, dan politisi Demokrat. Tetapi presiden berdiri dengan ancamannya pada hari Minggu.

"Mereka diizinkan membunuh orang-orang kami. Mereka diizinkan untuk menyiksa dan melukai orang-orang kami. Mereka diizinkan menggunakan bom pinggir jalan dan meledakkan orang-orang kami," katanya kepada wartawan yang bepergian bersamanya di Air Force One.

"Dan kita tidak diizinkan menyentuh situs budaya mereka? Itu tidak berfungsi seperti itu."

Perpecahan antara presiden dan kepala Pentagonnya terjadi di tengah ketegangan yang meningkat dengan Teheran. Setelah serangan pesawat tak berawak AS pada hari Jumat yang menewaskan Soleimani, kepala pasukan elit Iran Quds, dekat bandara di ibukota Irak, Baghdad.

TAG

BERITA TERKAIT