Jumat, 27 Desember 2019 16:51
Profesor Mark Mattson
Editor : Alief Sappewali

RAKYATKU.COM - Puasa bagi umat Muslim lebih banyak dipahami sebagai ibadah. Para ahli non muslim justru menemukan manfaat luar biasa.

 

Sebuah studi baru para peneliti di Universitas Johns Hopkins menemukan bahwa puasa bisa memperpanjang usia.

Studi tersebut menghubungkan puasa dengan peningkatan metabolisme, penurunan tekanan darah, dan peningkatan kontrol kadar gula darah.

Penelitian baru menunjukkan bahwa orang yang menggunakan diet baru yang trendi yang melibatkan puasa intermiten sebenarnya dapat menambah usia mereka.
 
Ternyata selebriti yang mempromosikan gaya hidup, seperti Kourtney Kardashian dan Jennifer Aniston, mulai tertarik pada puasa ini.

 

"Kami berada pada titik transisi di mana kami dapat segera mempertimbangkan untuk menambahkan informasi tentang puasa intermiten ke kurikulum sekolah kedokteran di samping saran standar tentang diet sehat dan olahraga," ujar Profesor Mark Mattson seperti dikutip dari SWNS.

Ada beberapa jenis diet puasa intermiten, tetapi sebagian besar membatasi asupan makanan hanya 8 jam atau tidak makan selama dua hari sepekan. Puasa di Indonesia sendiri umumnya berlangsung 13-14 jam.

Profesor Mark Mattson adalah seorang ahli saraf. Dia telah mempelajari efek dari puasa ini selama lebih dari dua dekade dan telah mempraktikkannya sendiri selama 20 tahun.

Temuannya, yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine, menunjukkan bahwa puasa dapat memicu perpindahan metabolisme dan adaptasi evolusi. 

Studi menunjukkan bahwa selain membantu metabolisme, puasa juga dikaitkan dengan penurunan tekanan darah, kolesterol, dan detak jantung saat istirahat. 

Ini juga dapat membantu mengontrol kadar gula darah, meningkatkan resistensi terhadap stres dan menekan peradangan.

Tentu saja, puasa intermiten juga memiliki kelemahan.

"Pasien harus diberi tahu bahwa merasa lapar dan mudah tersinggung pada awalnya itu menjadi gejala umum. Biasanya berlalu setelah dua pekan hingga sebulan karena tubuh dan otak menjadi terbiasa dengan kebiasaan baru," jelas Mattson.

TAG

BERITA TERKAIT