Selasa, 24 Desember 2019 19:15
MUI Jatim. Ist
Editor : Ibnu Kasir Amahoru

RAKYATKU.COM - MUI Jatim kembali mengimbau umat muslim untuk tidak mengucapkan selamat hari Raya Natal kepada masyarakat Nasrani. Kecuali, Wakil Presiden Ma'ruf Amin.

 

Menurut Sekretaris MUI Jatim, Moch Yunus ada pertimbangan yang membuat Ma'ruf Amin mendapat pengecualian. Karena Ma'ruf Amin yang merupakan seorang pemimpin.

"Nah kalau urusan itu, mungkin pak Wapres punya pertimbangan sebagai pemimpin negara," kata Yunus.

Yunus mengatakan, mengucapkan selamat natal bukanlah tindakan intoleransi. Hal ini lebih berkaitan dengan akidah Islam yang harus tetap dijaga.

 

Yunus juga menyarankan pengucapan Selamat Hari Natal bisa juga diwakilkan oleh pemimpin atau unsur lain, seperti sekretaris atau wakil yang memiliki agama sama.

"Toleransi itu adalah saling menghormati dan saling setuju terhadap perbedaan beragama, jika toleransi itu dipahami dengan baik, maka tidak boleh ada orang muslim kemudian dipaksa menggunakan atribut keagamaan non muslim. Contohnya ada anak berjilbab dan harus memakai topi Sinterklas. Apakah itu termasuk toleran? tentu itu keliru," papar Yunus.

"Toleransi itu setuju dan disepakati dalam perbedaan masing-masing agama. Sehingga ketika orang tidak mengucapkan selamat hari Natal, tidak menggunakan atribut perayaan mereka, itu bukan dimaksud intoleran," imbuh Yunus.

[NEXT]

Sementara untuk pemberian ucapan, menurut Yunus, sama saja membenarkan ajaran agama lain.

"Jadi mengenai ucapan Natal, ini masuk wilayah akidah ketika kita mengucapkan selamat kepada peringatan itu. Yang di dalam akidah Islam itu sangat jelas bahwa Allah itu Maha Esa, Maha satu dan tunggal, tidak beranak dan tidak diperanakkan, bukan bapak dan bukan anak," jelas Yunus.

Untuk itu, peringatan Natal yang merupakan peringatan kelahiran Anak Tuhan, lanjut Yunus, merupakan hal di luar akidah. Yunus menyebut mengucapkan selamat sama saja mengakui jika Tuhan tidak lah tunggal atau Esa.

Terkait hal itu, Wakil Rais Syuriah PWNU Jatim KH Abdul Matin Djawahir menyebut perdebatan tentang boleh tidaknya mengucapkan selamat natal memang tak pernah usai. Setiap ulama juga memiliki pandangan yang berbeda.

"Saat ini diramaikan tentang bagaimana menyampaikan selamat natal dan lain-lain. Sejak dulu tidak ada selesainya. Ini terdapat perbedaan antar ulama. Ada yang tidak boleh. Ada yang mengatakan boleh," kata Matin, Selasa (24/12/2019).

Matin pun menyarankan hal ini tak usah dipertentangkan. Menurutnya, Allah SWT juga tak melarang setiap orang berbuat baik kepada orang-orang yang tak memusuhi Islam. Hal ini sebagaimana yang telah diucapkan Nabi Muhammad SAW.

Selain itu, Matin juga menilai bupati, gubernur hingga wakil presiden dan presiden sekalipun boleh-boleh saja mengucapkan selamat natal demi menjaga ukhuwah dan persaudaraan sesama umat.

"Demi menjaga ukhuwah, tidak perlu dipertentangkan. Tidak boleh ya terserah, kalau yang perlu bupati, gubernur silakan. Bukan berarti merusak iman kita. Akan tetapi Allah tidak melarang berbuat baik kepada orang yang tidak memusuhi Islam," ungkap Matin.

 

TAG

BERITA TERKAIT