Minggu, 22 Desember 2019 05:30
Editor : Andi Chaerul Fadli

RAKYATKU.COM - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mulai khawatir melonjaknya jumlah kasus Ebola di Kongo. Para pejabat kesehatan di Republik Demokratik Kongo timur telah mendokumentasikan kekambuhan pertama dalam epidemi Ebola saat ini. 

 

Wabah Ebola di Republik Demokratik Kongo sejauh ini telah menginfeksi lebih dari 3.300 orang dan membunuh lebih dari 2.200 sejak pertengahan 2018, dikutip dari Daily Star, Minggu (22/12/2019).

Korban tewas menjadikannya wabah terburuk kedua dalam catatan. Otoritas kesehatan Kongo melaporkan bahwa seorang yang selamat di Mabalako, provinsi Kivu Utara, jatuh sakit dengan virus itu lagi pada bulan Desember.

Tes pendahuluan sejak itu diklasifikasikan sebagai kambuh, kata WHO. "Kasus kekambuhan yang langka -di mana seseorang yang telah pulih dari EVD (Ebola) mendapatkan gejala penyakit lagi- telah didokumentasikan selama wabah terakhir, tetapi ini adalah kambuh pertama yang didokumentasikan dalam wabah ini," katanya.

 

Sebelas kasus Ebola baru dikonfirmasi dalam seminggu terakhir, semuanya diyakini telah menangkap virus dari orang yang kambuh, menurut WHO. Secara keseluruhan kasus itu merupakan sumber infeksi yang potensial untuk 28 orang, katanya.

"Ini adalah rantai transmisi tunggal tetapi mengkhawatirkan," kata Mike Ryan, kepala program kedaruratan WHO, Kamis.

Dia mengatakan situasi di Mabalako mengkhawatirkan sebagian karena kedekatannya dengan kota Butembo, pusat perdagangan yang padat penduduk dan pusat gempa yang pernah terjadi sekali waktu.

"Kami memiliki masalah besar (di Butembo) hanya enam bulan lalu, jadi ada kekhawatiran nyata bahwa kelanjutan transmisi di Mabalako berpotensi menginfeksi Butembo."

Terlepas dari pengembangan vaksin dan perawatan yang efektif, gelombang baru-baru ini dalam kekerasan oleh milisi pemberontak dan kelompok penjahat di dekat perbatasan Kongo dengan Uganda dan Rwanda telah menghambat upaya untuk mengendalikan wabah tersebut.

"Itu telah menciptakan badai sempurna yang memungkinkan virus untuk menjauh dari kita dan pergi di bawah tanah," kata Ryan.

TAG

BERITA TERKAIT