RAKYATKU.COM - Pria berkemeja kotak-kotak itu terjerembap ke parit, Jumat (20/12/2019). Tubuhnya belum sampai ke dasar saat tongkat-tongkat rotan itu kembali mendera tubuhnya.
Korban adalah salah seorang demonstran. Dia memprotes kebijakan PM India, Narendra Modi yang dianggap anti-Muslim. Ini adalah bentrokan kesekian kali antara polisi dengan demonstran di India.
Sudah sepekan kerusuhan terjadi di India. Sebelumnya, pada Kamis (19/12/2019), tiga demonstran ditembak mati. Hingga kini, korban tewas sudah menjadi sembilan orang.
Undang-undang yang memudahkan kaum minoritas teraniaya dari tiga negara tetangga untuk mendapatkan kewarganegaraan. Tetapi tidak jika mereka adalah Muslim. Ini yang memicu kekhawatiran bahwa Modi ingin membentuk kembali India sebagai negara Hindu, yang ia bantah.
Puluhan ribu orang Kamis mendatangi jalan-jalan nasional, dengan kekerasan meletus di beberapa tempat termasuk Lucknow di utara, Mangalore di selatan, dan negara bagian asal Gujarat, Modi.
Di Mangalore, pasukan keamanan menembaki kerumunan sekitar 200 orang. Itu setelah mereka mengabaikan perintah untuk membubarkan diri. Dua orang tewas, kata juru bicara kepolisian Qadir Shah kepada AFP. Empat lainnya berada di rumah sakit dengan luka tembak.
"Mereka berbaris menuju daerah tersibuk di Mangalaru. Hal ini menyebabkan dakwaan lathi (besar, tongkat kayu). Kemudian gas air mata ditembakkan. Ketika para demonstran masih tidak berhenti, polisi harus melepaskan tembakan," katanya.
Seorang pengunjuk rasa meninggal karena luka tembak di Lucknow, ibu kota negara bagian terpadat di India, kata seorang dokter yang tidak ingin disebutkan namanya. Satu kendaraan dan pos polisi dibakar di salah satu distrik.
Polisi membantah melepaskan tembakan di kota itu, yang merupakan rumah bagi minoritas Muslim yang besar. Tetapi seorang ayah mengatakan kepada Times of India bahwa putranya ditembak setelah ditangkap di tengah kerumunan pengunjuk rasa. Saat itu, putranya keluar untuk membeli bahan makanan.
Bentrokan baru meletus di Lucknow pada hari Jumat ketika polisi menghentikan beberapa ratus orang dalam perjalanan mereka ke lokasi aksi yang direncanakan. Pasukan keamanan menembakkan gas air mata dan menghalau mereka dengan tongkat rotan.