Selasa, 17 Desember 2019 14:38
Nurdin Halid saat mendaftar sebagai cagub Sulsel pada Pilgub Sulsel 2018 lalu. Foto: Dok
Editor : Mulyadi Abdillah

RAKYATKU.COM, MAKASSAR - Kabar Nurdin Halid (NH) akan ditarik ke DPP Partai Golkar, kian menggelinding. Kepastiannya akan terjawab pada awal Januari 2020. 

 

Informasi yang diperoleh Rakyatku.com, ada sejumlah posisi yang disiapkan untuk NH. Dua diantaranya, kemungkinan dewan pakar atau dewan penasihat.   

Anggota formatur kepengurusan DPP Golkar perwakilan wilayah timur, Melki Laka Lena yang dikonfirmasi, masih enggan menjawab kabar NH akan ditarik ke DPP. Ditegaskan, penyusunan 'kabinet' masih berproses. 

"Selesai pembahasan formatur secara lengkap baru kami sampaikan utuh," ucap Melki saat dikonfirmasi Rakyatku.com, pada Sabtu malam (14/12/2019).

 

Kapan formasi rampung?

"Kemungkinan Januari minggu pertama atau kedua," pungkasnya.

Bila nantinya NH masuk dalam kabinet Airlangga, otomatis kursi ketua Golkar Sulsel kosong. Sebab, tak ada lagi istilah rangkap jabatan. 

Ada dua nama yang beredar untuk kursi panas itu. Andi Rio Padjalangi dan Rusdin Abdullah. Tidak menutup kemungkinan, ada nama lain. Bisa saja dari ketua DPD II di Sulsel. 

Pengamat politik dari Universitas Bosowa, Arief Wicaksono menyebut, Golkar sebagai partai besar di Sulsel, memang kelihatannya membutuhkan figur pemimpin baru. Terutama, kader Golkar yang kapasitas individualnya mumpuni.

"Dan bagaimana figur ini juga, bisa mengatur semua kepentingan yang ada di Sulsel," kata Arief, Selasa (17/12/2019).

Sosok Rio Padjalangi, cukup baik kata Arief untuk bisa memimpin Golkar Sulsel. Rio sudah dua periode di DPR RI. Dan banyak aktif di DPP Partai Golkar.

"Paling tidak dia juga punya banyak jaringan. Kemudin waktu Munas kemarin, tidak terlalu muncul, tidak kelihatan berpihak. Posisinya relatif aman," tambah Arief.

Rio Padjalangi

Figurnya yang masih muda, Rio Padjalangi disebut cocok memimpin Golkar. Dia dianggap Arief pasti punya gaya kepemimpinan sendiri.

"Cuma tetap harus didampingi senior-senior Golkar, kalau memang betul Rio yang jadi ketua," ujarnya.

Bagaimana dengan Rusdin Abdullah (Rudal)?

"Rudal juga bagus. Cuma memang apakah beliau mau?," katanya.

Rudal kata Arief, tidak kalah bagusnya dengan Rio. Rudal disebut Arief lebih punya pengalaman banyak di Golkar. Jaringannya juga luas.

"Harus memang butuh figur yang berpengalaman. Karena Golkar beda partai lain. Golkar ini tidak ada pemiliknya. Jadi kalau berdinamika, pasti keras," jelasnya.

Rusdin Abdullah

Soal Nurdin Halid, Arief mengakui cocoknya memang ditempatkan di DPP Golkar. Apalagi waktu Munas Golkar baru-baru ini, NH masih tetap diberikan ruang dalam setiap agenda partai.

"Cuma pertanyaannya, apakah jabatannya nanti masih se-strategis dulu. Apalagi konon katanya, NH ini diidentifikasi bermain untuk yang lain. Tapi kalau saya melihatnya, dari dulu Pak NH cocoknya di Jakarta (DPP Golkar)," ujarnya.

Pengamat politik dari UIN Alauddin Makassar, Firdaus Muhammad menyebut, Golkar Sulsel butuh kaderisasi untuk estafet kepemimpinan. 

"Kriteria yang cocok adalah, yang memiliki pengalaman politik, dan visi pengembangan partai ke depan. Agar Golkar kembali berjaya di Sulsel," urai Firdaus.

Firdaus mengurai soal model kepemimpinan NH di Golkar Sulsel, dengan Syahrul Yasin Limpo.

"SYL cukup baik, tapi sayangnya gagal melahirkan kader pelanjut kepemimpinan baik, karena tidak gelar Musda maupun menyiapkan figur pengganti. NH gagal menaikkan suara Golkar, dan gagal di Pilgub. tapi pola SYL dan NH cukup patut diteladani," pungkasnya.

TAG

BERITA TERKAIT