RAKYATKU.COM, WINCHESTER - Di Pengadilan Winchester, Inggris, Senin (16/12/2019), Shaun Dyson (28) tertunduk. Air matanya mengucur ke lantai. Penyesalan, memang selalu datang belakangan.
Malam itu, di rumah mereka di Andover, Hampshire, Lucy-Anne Rushton (30), mendapat panggilan telepon. Dyson melihat nama tertera di ponsel. Itu adalah mantan Lucy-Anne.
"Kau masih berkomunikasi dengan bajingan itu," hardiknya. Dia merebut ponsel. Lalu melemparnya.
Dia kemudian naik ke tempat tidur. Lalu menginjak-injak tubuh Lucy-Anne. Wanita cantik itu, kejang-kejang. Lalu kaku. Denyut nadinya berhenti.
Anak-anaknya menyaksikan itu. Mereka melihat, ibu mereka tak bernyawa.
Saat petugas tiba, Shaun mengatakan, dia tak sengaja. Pengakuannya, Lucy-Anne mabuk berat. Dia lalu menyiramkan air ke wajahnya. Air itu membuatnya kesulitan bernapas dan meninggal.
Namun, pemeriksaan menemukan. Lucy-Anne dibunuh dengan cara diinjak-injak.
Di pengadilan, Dyson mengaku mengenal Lucy-Anne sejak mereka bersekolah. Mereka lalu menikah pada 2010. Tetapi berpisah pada Januari 2019, karena Dyson cemburu dan kejam. Demikian dengar pendapat Pengadilan Winchester.
Ditanya oleh pengacara, Sarah Jones QC, bagaimana perasaannya setelah kematiannya, Dyson mengaku hancur, malu. Hancur untuk Lucy, patah hati untuk keluarganya. "Sudah enam bulan dan rasanya tidak nyata," ungkapnya.
Persidangan, memasuki minggu ketiga hari ini. Sebelumnya, pengadilan mendengar Dyson mengaku dia telah tak bernapas ketika dia menyiramkan air ke atasnya untuk membangunkannya setelah mabuk.
"Terdakwa mengatakan pada korban, bahwa dia menelan cincin pernikahannya, sebelum memukulinya sampai mati di rumah dalam kemarahan. Itu ketika salah satu mantan pacar korban menghubunginya lewat ponsel," ujar jaksa penuntut.
Jaksa penuntut bilang, hubungan mereka selalu naik turun. Tetapi mereka berpisah pada Januari.
Dyson mengatakan kepada Winchester Crown Court, dia telah ke sebuah pub pada sore hari dengan istrinya, sebelum mereka minum bersama di kebunnya.
Dia mengatakan suasana berubah menjadi keras, setelah mereka pergi ke supermarket. Dyson marah, karena toko keburu tutup. Pasalnya, korban sempat singgah menerima telepon dari beberapa temannya.
Dyson bilang, Lucy-Anne menamparnya dan juga menarik setir dan rem tangan, saat dia mengemudi.
Dyson lalu menghentikan mobil. Dia melemparkan kunci ke kepala Lucy, lalu menyumpahinya. Sementara anak-anak di mobil menjadi marah.
Simon Jones, penuntut, mengatakan kepada juri, bahwa ada sejarah kekerasan dalam rumah tangga, dalam hubungan mereka.
Awal bulan ini, saudara perempuan Lucy, Lola Simpson, mengatakan kepada persidangan, dia menerima telepon dari saudara perempuannya yang 'histeris', yang menyatakan bahwa Dyson 'akan membunuhnya'. Itu satu bulan sebelum dia dipukuli hingga mati.
Terdakwa mengatakan kepada mantan istrinya, bahwa dia menyembunyikan tas dengan pakaian ganti, bensin dan senjata di dalam - dengan Lucy bersikeras dia akan melakukan sesuatu yang buruk padanya.
Nona Simpson juga mengatakan kepada polisi, Dyson mencekik saudara perempuannya sampai dia kehilangan kesadaran tiga tahun lalu. Dia juga mengklaim, Lucy pernah mengatakan, dia ingin menulis surat wasiat hanya sembilan hari sebelum dia dibunuh.
Juri beranggotakan enam pria dan enam wanita, ditunjukkan rekaman CCTV Dyson menendang, meninju dan meludahi Lucy di luar Britannia Hotel, Bournemouth, Dorset, September lalu.
Polisi dipanggil setelah seorang portir malam membunyikan alarm. Lucy dengan mata berkaca-kaca memberi tahu seorang tamu hotel. "Saya sudah terbiasa, begitulah cara pria," ujarnya.
Tetapi dia menyangkal dia telah diserang ketika petugas datang. Sebaliknya mengklaim bahwa dia menderita mimisan.
Jaksa Simon Jones mengatakan, "CCTV menunjukkan, berulang kali terdakwa menyerang Lucy di lorong kamar hotel itu."
"Ini adalah contoh kekerasan dalam rumah tangga, yang akan kita dengar dalam kasus ini - sebuah contoh bagaimana terdakwa melakukan kekerasan terhadap Lucy," ungkapnya.
Persidangan atas tuduhan pembunuhan berlanjut.