RAKYATKU.COM, LONDON - Beberapa jam pasca serangan teror di Fishmongers 'Hall, James Ford menelepon ayahnya. Dia menangis. Seorang wanita ditikam di depan matanya. Dia gagal menyelamatkannya.
Ford telah menghadiri konferensi rehabilitasi di gedung kelas II, yang terdaftar di tepi London Bridge. Ketika Usman Khan, mengamuk dengan pisau, pada hari Jumat pekan lalu.
Ketika kengerian sore hari dimulai, Ford berlomba untuk membantu salah satu korban Khan, Saskia Jones. Dia mencoba melindunginya. Yang lainnya, kemudian melakukan pertolongan pertama. Sayang, mereka gagal menyelamatkannya.
"Dia sangat sedih," kata Gerald Ford, berbicara secara eksklusif kepada Mail di rumahnya di Ashford, Kent. "Dia kenal dia. Saya tidak tahu berapa lama.
"Aku baru saja kehilangan seorang teman, Saskia," ujar Ford di telepon.
"Dia mencoba menyelamatkan hidupnya. Dia memberinya CPR," ujar Gerald.
Gerald sangat bangga pada putranya. Tanpa pamrih, dia mempertaruhkan nyawanya, untuk mencoba menyelamatkan seseorang yang ia sayangi dan kagumi. Juga sekelompok orang asing. Dia adalah salah satu dari orang baik. Sebuah contoh yang baik dari Inggris.
Hanya saja, tidak sesederhana itu. James adalah narapidana penjara terbuka di Isle of Sheppey, di Kent. Dia menjalani hukuman seumur hidup. Kasus pembunuhan.
Pada tahun 2003, ia menguntit, mencekik, dan menggorok leher Amanda Champion, seorang wanita cacat berusia 21 tahun. Sebuah kejahatan keji, yang tidak pernah ia berikan penjelasan atau permintaan maaf.
Pada hari penyerangan Jembatan London, ia telah dibebaskan hari itu.
Apa yang dikatakan Ford kepada ayahnya benar-benar pedih. Sebab, seperti yang ditemukan Mail minggu ini, ia mengenal lulusan kriminologi Cambridge Saskia yang berusia 23 tahun, setelah bertemu dengannya melalui pekerjaan sukarela dengan narapidana.
Berkat keyakinannya yang penuh gairah pada kemungkinan merehabilitasi tahanan, dia akhirnya menganggapnya, sebagai seorang teman.
Ford telah dipuji sebagai pahlawan oleh beberapa orang. Hal itu membuat keluarga Amanda, korban pembunuhannya, sangat tertekan. Pasalnya, Ford telah mengambil nyawa Amanda dengan sadis.
Mereka juga mengungkapkan, mereka terpana mengetahui bahwa pembunuh Amanda telah diizinkan keluar pada hari pembebasan. Bahkan dipindahkan ke penjara terbuka.
"Dia seharusnya tidak diizinkan keluar," kata paman Amanda, David Champion (56), yang membesarkan Amanda sebagai putrinya setelah ayahnya meninggal.
"Kami sangat tersiksa atas apa yang dia lakukan terhadap Amanda," tegasnya.