RAKYATKU.COM, DUBLIN - Lisa Smith (38) dan putrinya yang berusia 2 tahun, baru saja turun dari tangga pesawat. Di situ, polisi Irlandia sudah menunggu.
Di bawah guyuran hujan, polisi lalu mengambil kain merah muda, lalu menutupi tubuh Lisa Smith, kemudian menggiringnya ke mobil.
Lisa Smith, adalah mantan anggota Pasukan Pertahanan Irlandia. Dia menjadi mualaf dan berangkat ke Suriah pada 2015. Di sana, dia menjadi radikal.
Setelah ISIS kalah. Lisa Smith tertangkap dan ditahan di Turki. Pemerintah Turki kemudian mendeportasi Lisa.
Dikawal tiga pejabat konsuler dari Departemen Luar Negeri, anggota Wing Ranger Angkatan Darat, dan seorang petugas keamanan Turki, Lisa diterbangkan ke Dublin.
Pesawat mendarat di bandara Dublin sekitar pukul 10.30 pagi, Minggu, 1 Desember 2019.
"Hari ini, Minggu 1 Desember 2019, di Bandara Dublin, An Garda Siochana telah menangkap seorang warga negara Irlandia, atas dugaan pelanggaran teroris menyusul deportasinya dari Turki," ujar juru bicara kepolisian Irlandia.
“Dia saat ini ditahan di stasiun Garda Dublin Selatan, berdasarkan ketentuan Bagian 30 dari Pelanggaran terhadap Undang-Undang Negara, 1939 sebagaimana telah diamandemen," tambahnya.
"Seorang anak, juga warga negara Irlandia, berada di Deaprtemen Perlindungan Perempuan dan sekarang dirawat oleh kerabat," lanjutnya.
Smith mengatakan, ayah dari putrinya yang diduga anggota ISIS, meninggal tahun lalu. Nyonya Smith memegang peran yang relatif rendah di Angkatan Pertahanan, tetapi bekerja pada jet resmi Pemerintah Irlandia.
Dia menemani mantan presiden Mary Robinson dan kemudian Taoiseach Bertie Ahern dalam perjalanan.
Nyonya Smith membantah terlibat dalam kekerasan.
Menteri Kehakiman Charlie Flanagan mengatakan, ini adalah kasus yang sensitif.
"Saya ingin meyakinkan orang-orang, bahwa semua lembaga Negara yang terkait terlibat erat," ujarnya.
Menurutnya, jaringan multi-agensi di Irlandia, terdiri dari personel agensi yang terlibat secara berkesinambungan dengan kolega internasional, mengenai praktik yang muncul terkait dengan masalah radikalisasi yang kompleks.