Jumat, 29 November 2019 18:08
Salman terbaring (kiri), Asma, ibu Salman (kanan).
Editor : Mays

RAKYATKU.COM, MAKASSAR - Salman (18), sehari-hari sebagai tukang sapu jalan di pasar Kalimbu. Diduga dia jadi korban salah tangkap aparat kepolisian. Dia dituduh terlibat pembusuran. Juga mencuri ponsel.

 

Mengenakan baju oranye, Asma mengatupkan tangan. Dia memohon bantuan untuk putranya, Salman. Wanita berusia 57 tahun itu, bersandar di dinding seng rumahnya. Air bening terus jatuh dari sudut matanya.

Asma menceritakan. Hari itu, Minggu, 13 Oktober 2019. Jarum jam menunjuk ke pukul 11.00 Wita. Salman baru saja beranjak untuk membeli nasi kuning. Tiba-tiba anggota polisi berpakaian preman, menciduknya. Dari Polsek Rappocini.

"Saat itu anak ku baru mau beli nasi kuning, langsung dibawa. Mau ka ke sana, na bilang orang jangan ki bu bahaya. Besok pi saja," ujar Asma saat ditemui di rumahnya, Jumat (29/11/2019).

 

Sambil berlinang air mata, Asma menceritakan. Berselang tiga hari setelah penangkapan, anaknya dibawa pulang oleh polisi ke rumahnya. Katanya, mencari barang bukti.

"Anak saya datang bersama polisi, katanya mau cari busur di rumah karena terlibat pembusuran. Tapi mana ada busur di rumah, tidak ada dia dapat," paparnya.

Setelah tidak mendapatkan barang bukti, Salman kembali dibawa pergi. Asma, ke Polsek Rappocini menjenguk anaknya, tapi tidak diperbolehkan bertemu.

Tanggal 22 Oktober, Asma berhasil membawa keluar anaknya. Dada Salman bengkak. Dia tak bisa lagi jalan. Alat kelaminnya hancur. Berlubang.

Menurut Asma, anaknya tersebut dipaksa mengaku oleh anggota polisi. Dia disetrum di bagian dada dan alat kelaminnya. 

"Saya bawa ke rumah sakit untuk diperiksa. Ada pembengkakan di jantung. Alat kemaluan anak saya berlubang hancur. Kalau goyang keluar lagi darah,"  tutupnya.

Sampai saat ini, belum ada klarifikasi dari pihak kepolisian.

TAG

BERITA TERKAIT