Jumat, 29 November 2019 17:02
Wa Beddu berdiri dengan berpegangan pada tiang rumah. Di belakangnya, lantai rumahnya bolong-bolong.
Editor : Mays

RAKYATKU.COM, PANGKEP - Lantai rumah itu terbuat dari belahan bambu. Sebagian besar sudah lapuk. Malah banyak yang bolong. Tinggal balok-balok penyangga. Ditutupi potongan-potongan papan. Yang juga sudah rapuh.

 

Sebagian dinding, juga sudah jatuh ke tanah. Rumah panggung itu sudah miring. Reyot. Atap-atap juga sudah bocor. Musim hujan sudah dekat. Penghuninya, Wa Beddu (56), terancam kehujanan.

Rumah itu berdiri di Kampung Batu, Desa Taraweang, Kecamatan Labbakang, Pangkep. Wa Beddu juga sudah tak kuat. Untuk berdiri, dia harus berpegangan di tiang. Lubang-lubang di lantai rumah panggungnya, bisa saja mengancam nyawanya.

Wa Beddu memang punya seorang anak. Namun, dia hanya sesekali menjenguk ayahnya. Dia juga sibuk mencari nafkah. Di rumah reyot itu, tinggallah Wa Beddu sendiri. 

 

Jumat, 29 November 2019, Rakyatku.com berkunjung ke rumahnya. Wa Beddu berdiri berpegangan di tiang rumah. Sesekali dia menengok ke dapur, yang hanya diisi tungku pembakaran.

Tak ada perlengkapan rumah tangga. Yang tersisa hanya onggokan sampah. Juga kayu bakar, untuk dia memasak beras tanpa lauk.

Ali, salah seorang warga setempat mengatakan, kondisi Wa Beddu ini sudah sejak 3 tahun terakhir. "Dia hanya dirawat sesekali oleh anaknya, yang juga sibuk mencari nafkah," ujar Ali.

"Untuk makan sehari-hari, hanya mengandalkan tetangga, atau orang yang datang memberikan bantuan," katanya.

Ali berharap, ada perhatian dari pemerintah maupun dermawan. Agar bisa memiliki rumah yang layak huni. Itu  mengingat, musim hujan segera tiba. (Tajuddin Mustaming)

TAG

BERITA TERKAIT