RAKYATKU.COM, MAKASSAR - Kamis malam, 28 November 2019. Di Benteng Somba Opu Makassar, sebuah panggung dengan latar hitam berdiri. Di tengah kain hitam, ada kain hijau. Juga ada gambar payung ditopang keris. Lambang IPMIL. Di bawahnya, ada tulisan, IPMIL Raya UIN Alauddin.
Di bagian samping panggung, tersampir kain merah dan hijau. Itulah panggung Sitammu Rupa, ajang silaturahmi sesama Wija To Luwu.
Kegiatan itu dihelat Pengurus Koordinator Perguruan Tinggi (PKPT) IPMIL Raya UIN Alauddin Makassar.
Ketua PKPT IPMIL Raya UIN Alauddin Makassar, Nahdatul Aris mengatakan, ini sebuah refleksi budaya, di mana mereka mengangkat kembali budaya-budaya Tana Luwu.
"Kegiatan ini juga untuk mempertegas, bahwa mahasiswa Tana Luwu mampu menjaga nama baik daerah di tanah rantau, khususnya di Kota Makassar," ujar Nahdatul Aris, Jumat (29/11/2019).
Selama ini kata dia, mahasiswa yang berasal dari Luwu Raya khususnya, lebih dikenal sebagai seorang perusuh.
"Ini juga sebagai bukti, jika IPMIL Raya bukanlah sebuah organisasi premanisme, seperti yang selalu kita dengar selama ini," tegasnya.
"Tapi IPMIL Raya merupakan sebuah lembaga intelektual kedaerahan, yang mengedepankan kekeluargaan," tambah Aris.
Tidak hanya itu, dirinya juga mengatakan jika dalam kegiatan tesebut, panitia menampilkan sejumlah item kegiatan.
"Ada beberapa pementasan budaya asli Tana Luwu yang kita lakukan. Seperti Tari Pajjaga Lili dari Desa Ulu Salu, Baju Daerah dan juga ada teaterikal," pungkasnya.