Jumat, 29 November 2019 01:30
feroza aziz. ©Tiktok
Editor : Fathul Khair Akmal

RAKYATKU.COM - Seorang gadis remaja asal Amerika Serikat (AS), Feroza Aziz (17) membuat video tutorial make up melalui aplikasi TikTok. Video itu tak hanya berisi panduan berdandan, tapi juga mengecam penindasan China terhadap Muslim Uighur.

 

Video tersebut telah ditonton jutaan kali, di sejumlah platform media sosial sampai Rabu lalu. Namun kemudian video itu diblokir TikTok.

Di Twitter, Feroza Aziz yang menyebut dirinya sebagai "hanya seorang Muslim yang mencoba menyebarkan kesadaran", mengatakan dia diblokir dari TikTok yang merupakan aplikasi buatan China selama sebulan setelah mengunggah video tutorial itu.

Dalam videonya yang viral itu, Feroza mengatakan kepada penonton, "hal pertama yang perlu kamu lakukan adalah ambil penjepit bulu mata," sebelum mengajak penontonnya untuk "gunakan ponsel yang kalian gunakan sekarang ini untuk mencari tahu apa yang terjadi di China."

 

Dia kemudian menuding China "melempar Muslim tak bersalah" ke "kamp konsentrasi", mengatakan Muslim dipisahkan dari keluarganya, diculik, diperkosa, dibunuh dan dipaksa memakan daging babi dan alkohol, dan pindah ke agama lain.

"Ini jenis lain Holocaust, namun tak ada yang membicarakannya," ujarnya, dilansir merdeka.com dari Aljazeera, Kamis (28/11/2019).

Kelompok pembela HAM dan para pakar mengatakan, lebih dari 1 juta masyarakat Uighur dan minoritas Muslim lainnya, ditahan di kamp penahanan di timur laut Xinjiang. Setelah menyangkal adanya kamp, China sekarang mengakuinya dan menyebutnya sebagai pusat pelatihan kejuruan. Bertujuan untuk mengatasi separatisme Uighur melalui pendidikan bahasa dan budaya dan pelatihan kerja.

Video lain yang berjudul "cara memanjangkan bulu mata" dimulai dengan tips kecantikan. Feroza mengatakan dia sengaja membuat judul itu untuk mencegah pemblokiran TikTok.

Akun TikTok sebelumnya yang dimiliki Feroza, disebut dari New Jersey, diblokir TikTok karena tudingan berisi kekerasan, tapi perusahaan aplikasi tersebut membantah akun tersebut dibekukan.

"TikTok tidak memoderasi konten karena sensitivitas politik," kata seorang juru bicara TikTok kepada kantor berita AFP.

"Dalam kasus ini, akun pengguna sebelumnya dan perangkat terkait dilarang setelah dia mengunggah video Osama bin Laden, yang merupakan pelanggaran terhadap larangan TikTok pada konten yang mencakup gambar yang terkait dengan organisasi teroris. Akun barunya dan videonya, termasuk video yang dipermasalahkan, tidak terpengaruh," lanjutnya.

Dalam video kedua, Feroza menjelaskan apa yang bisa orang lakukan untuk membantu masyarakat Uighur, nampaknya sebagai tanggapan atas permintaan para penontonnya.

Dia menyarankan orang-orang bersuara untuk membangun kesadaran atas apa yang terjadi di Xinjiang, menunjuk Sudan sebagai contoh dimana tekanan media sosial mendorong penggulingan mantan pemimpin Omar al-Bashir.

"Suara kita bisa berdampak besar. Tak masalah apakah kita belum 18 tahun atau belum cukup umur untuk memilih, kita memiliki suara, kita bisa menggunakannya," jelasnya.

Dalam video ketiga dan terakhirnya, Feroza mengkritik China, menyoroti keadaan buruk Muslim China.

"(Ketika) Kalian berkomentar "mengapa kamu berbicara tentang ini dan bukan ini? "Kalian memberi nilai pada kehidupan orang-orang. Kalian membuatnya tampak seperti hidup beberapa orang lebih penting daripada yang lain, yang tidak," jelasnya.

"Bicara tentang China, bicara tentang Kolombia, bicara tentang Amerika, tapi ingat, sebarkan kesadaran, jangan berpaling."

Sampai Rabu pagi, unggahan pertama ditonton lebih dari 1,5 juta kali dan mendapat
501,900 jempol, dan 600,000 komentar. Kedua video selanjutnya ditonton 7 ribu kali. Sementara di Twitter, video tutorial tersebut ditonton 6,5 juta kali.

TAG

BERITA TERKAIT