Senin, 18 November 2019 10:31
Saja dan Banong, curhat. Sejak tak mendapatkan beras sejahtera, keduanya ngos-ngosan lanjutkan hidup.
Editor : Mays

RAKYATKU COM, PANGKEP -- Banong (64) sesekali mengusap rambutnya yang sudah tak hitam lagi. Di rumahnya, di Kampung Bangkala, Desa Bonto Manai, kecamatan Labbakang, Pangkep, Minggu, 17 November 2019, dia curhat.

 

Usahanya jual-jualannya tak lagi berjalan. Tepaksa gulung tikar, karena modalnya habis. Modal yang dulu dia putar untuk warungnya, ludes dipakai membeli beras, juga memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Padahal, dahulu. Kala dia masih mendapat jatah beras miskin atau beras sejahtera, modalnya aman untuk dia putar. Pasalnya kebutuhan untuk beras terjamin.

Namun, entah kenapa, jatah beras terhenti dari pemerintah desa. Sedangkan dirinya hanya tinggal sendirian.

 

Untuk menutupi kebutuhan sehari-hari, sudah 5 tahun dia bekerja sebagai buruh pemisah jambu biji mente. Usaha milik tetangganya. Upahnya memang tak seberapa. Yang penting, dia bisa bertahan hidup.

Meski pernah mendapatkan bantuan bedah rumah dari kementerian, kini dirinya kesulitan mendapatkan uang kembali.

"Saya sudah bilang sama pihak desa, tapi katanya nama saya sudah tidak ada lagi sebagai penerima beras. Saya berharap, semoga saya bisa dapat beras lagi pak," harapnya.

Selain Banong, tetangganya Saja (65), juga bernasib sama. Saja yang tinggal berdua dengan kemanakannya, juga tak mendapatkan beras dari desa.

Kedua ibu yang tinggal di wilayah pesisir ini berharap, pemerintah desa mau mengembalikan beras mereka, agar tidak lagi memikirkan sulitnya mendapatkan uang untuk membeli beras. (Tajuddin Mustaming)

TAG

BERITA TERKAIT