Jumat, 15 November 2019 18:24
Foto/Ist.
Editor : Ibnu Kasir Amahoru

RAKYATKU.COM - Pemerintah memberikan apresiasi kepada 10 orang dianggap sebagai pahlawan pencegah stunting 2019.

 

Penyerahan penghargaan tersebut diberikan Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko di Kantor Staf Kepresidenan, Jakarta Pusat, Jumat (15/11/2019).

10 orang yang terdiri dari tokoh dan penggiat anti stunting dinilai telah berkontribusi bagi masa depan manusia unggul di Indonesia. 

Menurut Moeldoko, pencegahan stunting berhasil menurunkan tingkat gizi buruk di masyarakat. Angka balita penderita stunting yang sebelumnya 35 persen, kini turun menjadi 28 persen. 

 

“Presiden minta penurunannya lebih dipercepat lagi,” kata Moeldoko, Jumat (15/11/2019).

Berikut ini profil 10 pahlawan anti-stunting yang mendapat penghargaan dari pemerintah:

1. Ratna Megawangi 

Ratna Megawangi meraih gelar S1 dari IPB, S2 dan S3 dari Tufts University, Massachussets. Beliau kemudian mengikuti progam post-doctoral dengan focus penelitian family and child development.

Bersama suaminya Sofyan A Djalil, beliau adalah pendiri Indonesia Heritage Foundation. Sebuah yayasan yang bergerak dalam pengembangan Pendidikan Holistik Berbasis Karakter (PHBK). Beliau telah membina 3.300 sekolah PAUD yang menerapkan PHBK .

Selain mengajar di Departemen Ilmu keluarga dan Konsumen, IPB, beliau aktif menulis di berbagai media massa, menulis buku dan pembicara diberbagai diskusi/seminar yang berkaitan dengan  pendidikan, keluarga dan pengasuhan.

2.  Selina Patta Sumbung

Selina telah bekerja di sektor bisnis maupun sosial kemanusiaan.  Berpengalaman 20 tahun dalam sektor swasta di wilayah Asia-Pasifik dengan fokus pada konsultasi strategi, pengembangan bisnis, manajemen keuangan, dan ekuitas swasta khususnya untuk perusahaan rintisan tahap awal (start-up).

Berlatar belakang Pendidikan Masters of Commerce (Finance) dari University of New South Wales Sydney, 2002. dan Bachelor of Arts, Business Administration dari Boston University, 1991-1995.

Saat ini Selina menjabat sebagai Pejabat Eksekutif Tertinggi (CEO) dan Ketua Yayasan Sayangi Tunas Cilik / Save the Children Indonesia (anggota Aliansi Save the Children).

3. Selina Patta Sumbung

Diyah Puspitarini menjabat sebagai Ketua Umum PP Nasyiatul Aisyiyah. Sejak 2017 aktif dalam advokasi Nasional dg beraudiensi dan mendesak komisi 8, 9, 10 DPR RI utk menjadikan stunting program Nasional.

Pada saat ini PP Nasyiatul Aisyiyah bekerjasama dengan Lazismu dalam program pencegahan stunting bertajuk Tingkatkan Kemampuan Gizi Seimbang (TIMBANG) di seluruh Indonesia 34 Propinsi dan 462 daerah kabupaten/kota, salah satunya di Desa Rawabelut, Sukaresmi, Cianjur.

4. Zack Petersen

Zack Petersen menerima gelar B.A dari University of Northern Iowa dan M.A dari Fletcher School of Law & Diplomacy. 

Mengawali karir sebagai relawan Peace Corps di Mauritania, kemudian bekerja untuk World Bank Group, Mars International, dan Research Triangle Institute, hingga mengantarkan Zack kini sebagai aktivis pencegahan stunting. 

Bekerjasama dengan organisasi relawan lainnya (indorelawan, doctor share, organisasi aktivitas mahasiswa kedokteran indonesia/CIMSA) sampai saat ini telah menjangkau 5,000 keluarga di 18 pulau di seluruh Indonesia, untuk mempromosikan 1000 HPK. 

Zack Bersama tim-nya juga tealh melatih 200 kader di 65 posyandu, dan  berambisi untuk mencapai 10.000 keluarga pada pertengahan tahun 2020.

5. Robyn Soetikno

Robyn Soetikno meraih S1 Bachelor of Arts dari Sarah Lawrence College, NY dengan fokus di psikologi dan kesehatan masyarakat, dan  S2 MSc International Health Management dari Imperial College London, UK. 

Mengamati kebutuhan ibu-ibu usia muda  atas informasi seputar kehamilan dan pertumbuhan balita, Robyn membuat aplikasi Teman Bumil. 

Teman Bumil menyediakan tool untuk memantau perkembangan janin serta tumbuh-kembang anak dengan memasukkan rekaman perkembangan anak di Fitur Grafik. 

Selain Fitur Forum, dimana para Mums bisa curhat, Teman Bumil juga memberikan pembekalan melalui Kelas Online dan Offline sebersama  dokter spesialis kandungan, dokter spesialis anak, dan konselor laktasi.

Sejak dibentuk pada akhir 2017, Teman Bumil telah menemani lebih dari 800.000 Mums di seluruh Indonesia, mulai dari masa kehamilan hingga si Kecil berusia 3 tahun. 

Robyn masuk daftar 17 milenial Indonesia yang paling breprestasi di Asia. Daftar tersebut dirilis  Forbes dalam “30 under 30 Asia” pada awal April 2019

6. Stevia Angesty

Stevia Angesty menyelesaikan Pendidikan S1 di University of Illinois, Urbana Champaign dan S2 dari Stanford University dengan jurusan Material Science and Engineering. 

Stevia pernah bekerja di McKinsey dan Gates Foundation. Suatu ketika Stevia melakukan field study di 7 provinsi di Indonesia dan melihat buruknya kondisi sanitasi serta perilaku buang air besar sembarangan yang mengakibatkan diare yang berkelanjutan pada balita.  Stevia juga menemukan keterbatasan suplai toilet jongkok sebagai jenis yang diinginkan sebagian besar masyarakat. 

Stevia Bersama adiknya kemudian mendirikan FeelWell Ceramic (FWC) pada tahun 2016, sebuah perusahaan bermisi sosial untuk mewujudkan “Toilet untuk Semua” karena percaya bahwa akses toilet adalah hak setiap manusia. Stevia menyebut dirinya sebagai sociopreneur

FWC telah mendistribusikan toilet jongkok dengan prioritas sasaran ke 100 kabupaten pencegahan stunting. Sebagian keuntungan, digunakan untuk pembangunan toilet umum (MCK) gratis di area yang belum memiliki toilet. 

7. Meity H.W. Monteiro

Dra. Meity H.W. Monteiro, sering disapa mama Meity. Beliau lahir dan dibesarkan di Ende, 10 Mei 1955. Sejak 1979, mama Meity memulai kehidupan baru di Kabupaten Sumba Barat setelah menikah dengan Agistinus Niga Dapawole yang saat ini menjabat Bupati Sumba Barat.

8. Aripin Ahmad

Aripin Ahmad menyelesaikan pendidikan diploma III Gizi pada Akademi Gizi Banda Aceh, S1 Sain Terapan Gizi dan S2 Gizi dan UGM, serta Doktor Ilmu Gizi IPB.

Aripin membuat konsep Rumoh Gizi Gampong (RGG) kemudian diadopsi menjadi salah satu bagian dari isi Pergub Aceh No.14/2019 khususnya upaya cegah stunting di level desa.

Selain menjadi dosen ilmu gizi di Poltekes Kemenkes Banda Aceh, Aripin juga menjadi tim ahli penyusunan roadmap dan Rencana Aksi Daerah (RAD) Pencegahan dan penanganan Stunting Kabupaten Aceh Timur, dan anggota tim koordinasi pencegahan dan penanganan stunting terintegrasi di Aceh.

9. Noer Wulan Sari Kaban

Lebih dikenal dengan panggilan Nonie, tumbuh dewasa di Sumatra, Kalimantan dan  Jawa. Nonie berpendidikan MBA dari University of East Anglia, UK, dan saat ini tinggal di  Bali.

Nonie berminat dalam masalah bisnis dan sosial.  Obsesinya adalah bekerja sama dengan perusahaan untuk mengintegrasikan kegiatan sosial ke dalam praktik bisnis. 

Bekerja dengan Kopernik sejak 2013 dan saat ini menjabat sebagai Direktur Kemitraan Masyarakat. Dia mempunyai spesialisasi dalam program pemberdayaan ekonomi perempuan. 

10. Heri Kurniawan

Heri Kurniawan, seorang anak muda kelahiran Sumatera Selatan. Sekarang mahasiswa tahun ke-3 Hubungan Internasional di Universitas Pertamina Jakarta. Heri terpilih sebagai Duta GenRe Indonesia Provinsi DKI Jakarta Tahun 2018.  


 

TAG

BERITA TERKAIT