Sabtu, 09 November 2019 16:59
Aisling Moore-Reed
Editor : Mays

RAKYATKU.COM, OREGON - Aisling Moore-Reed (30), menangis di pengadilan Jackson, Oregon, Amerika Serikat. 

 

Di depan para pengunjung sidang, rekaman detik-detik penembakan pamannya diputar. Dia menundukkan kepalanya. Mengarahkan pandangannya ke lantai ruang sidang.  

Reed adalah seorang jurnalis yang banting setir menjadi aktris. Dia dituduh membunuh pamannya. Ditangkap sehari setelah merampungkan film horor. Di film horor yang dia perankan itu, alur ceritanya sangat mirip dengan insiden penembakan.

Pada musim gugur 2018, Reed telah menyelesaikan syuting From the Dark, di mana ia memainkan peran utama sebagai Valerie Faust.

 

Film itu tentang seorang pemandu wisata muda di sebuah pondok, di hutan Oregon. Dia merayakan hari terakhirnya, ketika segala sesuatunya berubah menjadi menyeramkan.

Sehari setelah syuting, dia ditangkap sehubungan dengan penembakan fatal terhadap pamannya, Shane Patrick Moore, yang berusia 63 tahun pada 26 Juli 2016.  

Reed, seorang reporter sekali pakai di Grants Pass Daily Courier dan untuk majalah Cosmopolitan, diduga mengikuti audisi untuk film tersebut, dengan nama samaran 'Wyn Reed'. Demikian lapor Mail Tribune. 

Pada Agustus 2018, polisi mendapatkan rekaman video penembakan pamannya itu. Pada bulan September, Reed ditangkap dan didakwa melakukan pembunuhan tingkat pertama dan kedua. 

Dia mengaku tidak bermaksud menembak pamannya. Hanya ingin memberikan tembakan peringatan untuk menakut-nakuti dia.

Reed saat ini ditahan di Penjara Jackson County tanpa jaminan, dan dengan tanggal persidangan pembunuhan ditetapkan pada Desember. 

Menurut pembaruan pada halaman film Indiegogo yang ditulis pada 22 Oktober, produser mengatakan, mereka tidak tahu Reed menghadapi tuduhan pembunuhan.

"Kami bertemu dengannya pada Maret tahun lalu, ketika dia datang untuk mengikuti audisi untuk film kami," bunyi pernyataan itu.

“Kami sama sekali tidak tahu siapa dia atau keadaannya," tambahnya. 

Para pembuat film menyatakan, karena anggarannya yang rendah, mereka tidak dapat melakukan penelusuran latar belakang. 

Menurut media lokal, ada kesamaan antara penembakan pada kehidupan nyata dan satu di film. 

"Ada adegan kunci, di mana dia menembak seseorang dengan cara yang sama," kata sumber yang tidak disebutkan namanya kepada CBSLA. 

Di halaman Indiegogo, para pembuat film mengatakan, setelah mereka mengetahui tentang tuduhan Reed, mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan. "Jadi kami hanya melanjutkan produksi dan berharap yang terbaik," tambah sumber di rumah produksi itu.

"Tolong, maafkan kami," tulis para produser. "Kami mencoba yang terbaik untuk membuat perilisan film ini terjadi, tetapi kami tidak ingin menyakiti siapa pun dalam prosesnya."   
Pihak berwenang mengatakan, Reed merekam momen menjelang penembakan pada Juli 2016. 

Dalam video itu, paman Reed terlihat mendekati rumah ketika dia, saudara perempuannya, ibunya, Kelly Moore, dan neneknya, Lore Moore, sedang mendiskusikan dokumen-dokumen akta yang korban ingin adiknya tandatangani.   

Menurut The Oregonian, keluarganya telah terlibat sengketa kepemilikan rumah, yang menyebabkan Reed ditahan atas laporan pamannya, setelah dia diduga menyerang sang paman pada tahun 2016.

Keluarga Reed mengklaim, Shane Moore adalah pecandu narkoba.

Dalam video itu, Reed terdengar berteriak: "Dia datang ke rumah, sial! Anda bajingan h! Keluar dari sini!" 

Telepon terus merekam melalui kepanikan dan kebingungan, sampai suara tembakan terdengar beberapa saat kemudian. 

Dokumen pengadilan mengungkapkan, Shane Moore menderita luka tembak di dada.  

Saat lensa kamera tertutup, paman terdengar menderita di latar belakang. 

"Dia seharusnya tidak berada di dekatku!" Teriak Reed, ketika anggota keluarganya berteriak, 'Yesus' dan 'Ya Tuhan'. 

Sementara kamera tertutup, telepon merekam suara Reed di kamar mandi dan menangis. 

Di latar belakang, ibunya Kelly Moore mengatakan kepadanya, bahwa Shane Moore masih hidup, tetapi berdarah. 

"Dia belum mati?" Reed bertanya kepada ibunya, lalu, melihat dia masih hidup, berteriak: 'F**k!'

Dia kemudian mengklaim, dia hanya bermaksud menembakkan peluru melewati telinganya sebagai tembakan peringatan.

Pihak berwenang mengatakan, anggota keluarga tidak berhasil memberikan CPR pada korban setelah dia ditembak. Shane Moore meninggal beberapa saat kemudian.  

Hakim Wilayah Jackson, Lisa Greif mengutip sumpah serapah itu sebagai alasan utama dia memerintahkan Reed harus tetap di penjara, sambil menunggu persidangannya. 

"Itu semacam memakukan bukti untuk saya," kata Greif.

TAG

BERITA TERKAIT