RAKYATKU.COM, JEMBER - Kasus pembunuhan terhadap Surono (51), akhirnya terkuak. Itu setelah jasad Surono digali dari lantai rumahnya yang disulap jadi musala. Pembunuhnya bukan orang lain. Putranya sendiri bernama Bahar Mario (25), yang dibantu ibunya, Busani (45).
Surono adalah petani kopi yang sukses. Sekali panen, dia bisa mendapatkan hasil Rp90 juta hingga Rp100 juta.
Dari perkawinannya selama 29 tahun dengan Busani, Surono dikaruniai tiga anak. Anak sulungnya meninggal. Putri bungsunya, Fatim sudah menikah dan ikut suami. Bahar Mario putranya, masih ikut ayah dan ibunya. Namun, dia juga bekerja di Bali.
Suatu hari, ibunya curhat ke Bahar. Mengenai hasil panen kopi ayahnya yang sedikit dia nikmati.
Dia menuduh, hasil panen itu dikucurkan untuk selingkuhan Surono berinisial I.
Bahar juga merasakan itu. Dia merasa hasil panen ayahnya sangat sedikit diberikan kepadanya.
"Bu...bagaimana kalau kita bunuh saja ayah," usul Bahar.
Sang ibu mengangguk. Akhirnya, pada Maret 2019, rencana itu dieksekusi.
Bahar datang tengah malam dari Bali. Dia langsung masuk ke dalam rumah di Dusun Juroju, Desa Sumbersalak, Kecamatan Ledokombo, Jember.
Dengan linggis dia hantam kepala ayahnya. Surono tewas seketika. Jasadnya lalu dikubur di belakang rumah, kemudian disulap menjadi musala.
Usai membunu ayahnya, Bahar mengambil uang Rp6 juta, juga sepeda motor ayahnya. Lalu dia jual Rp19 juta.
Sementara Busani menikah siri dengan pacarnya, Jumarin. Mereka lalu tinggal di rumah itu. Busani juga menikmati hasil panen kopi Rp100 juta Surono.
Hasil panen itu tak dibagi ke Bahar, melainkan dinikmati bersama dengan suami sirinya, Jumarin. Bahar yang dendam, lalu mengarang cerita ke Kepala Dusun Juroju, Edi. Dia mengatakan kalau selingkuhan ibunya, Jumarin membunuh ayahnya karena tepergok selingkuh.
Dari sinilah kasus ini terbongkar. Edi melapor ke polisi.
"Tersangka Bhr ini seorang residivis. Pernah ditahan. Dia menganiaya Bu Nyai-nya di pesantren," ujar Kapolres Jember, AKBP Alfian Nurrizal.