Rabu, 06 November 2019 13:35
Ketua APPCI Wajo, Elfrianto
Editor : Mays

RAKYATKU.COM, WAJO - Sejumlah petani cengkih di Desa Buriko, Kecamatan Pitumpanua, Kabupaten Wajo, mengeluh karena harga cengkih anjlok.

 

Petani sangat tidak merasa bahagia, ketika memanen cengkihnya tahun ini. Pasalnya, harga cengkih saat ini hanya 59.000 per kilogram.

Sultan (45), petani cengkih asal Buriko, Kecamatan Pitumpanua, mengaku harga komoditas cengkih saat ini tengah anjlok di angka Rp59.000/kg untuk cengkih kering.

"Kita simpan saja tidak mau jual. Kalau hitung biaya semua, kita rugi dengan harga ini. Harga dua tahun sebelumnya lebih bagus daripada harga sekarang," ungkap Sultan (45), ketika dihubungi Rabu, (6/11/2019).

 

Kondisi tersebut, jelas membebani petani cengkih. Sebab, harga saat ini tak sesuai dengan harapan petani.

"Harga cengkih tidak sesuai harapan. Saya tidak tahu apa penyebabnya. Selama ini, kita menjualnya ke tengkulak. Jadi harganya disesuaikan dengan penawaran dari tengkulak dan ditentukan semau mereka," ungkapnya.

Ia berharap, pemerintah daerah melalui dinas terkait, agar segera menyikapi persoalan merosotnya harga cengkih yang tengah dirasakan masyarakat Pitumpanua khususnya.

"Ya kalau bisa Pemda segera menyikapi ini. Sehingga harga cengkih bisa kembali normal. Ini harga rokok semakin mahal, harga cengkih malah semakin merosot," katanya.

Sementara, Ketua Asosiasi Pedagang dan Petani Cengkeh Indonesia (APPCI) Kabupaten Wajo, Elfrianto, membenarkan hal tersebut. Dia sudah mengimbau petani, agar tidak menjual seluruh cengkihnya di tahun 2019. 

Di awal tahun, komoditas cengkih di pasaran sudah mulai menipis. Diprediksi akan terjadi kekosongan cengkih. Oleh karena itu, petani dapat menyimpan hasil cengkihnya agar di tahun depan, masih bisa dijual dengan harga tinggi.

“Petani saat ini sebaiknya tidak menjual seluruh cengkih yang ada. Cukup untuk kebutuhan yang mendesak saja. Karena di awal tahun 2020 nanti, pabrikan akan melakukan pembelian cengkih dan harga pasti akan naik, harapan bisa mencapai 100 ribu per kilonya,” ujar Elfrianto, Selasa (5/11/2019) kemarin.

Imbas itu semua, petani cengkih mengalami kerugian, ditambah lagi biaya produksi petani yang tinggi seperti biaya pemetikan, konsumsi pemetik, biaya pemeliharaan, dan biaya transportasi. Jika biaya produksi yang tinggi dari pada pendapatan, bisa membuat petani cengkih akan beralih mata pencarian lain dan  tanaman cengkih bisa diganti tanaman yang lain. 

"Apabila situasi ini terjadi cukup lama, bisa mengancam kelangsungan komoditas cengkih di Indonesia," katanya.

Elfrianto yang juga merupakan salah satu Anggota DPRD Kabupaten Wajo ini, meminta kepada pemerintah Kabupaten Wajo dan Provinsi Sulawesi Selatan, untuk memberikan perhatian yang tinggi kepada petani cengkih dan meminta ketegasan kepada menteri perdagangan, untuk mencabut atau menutup impor cengkih di seluruh Indonesia.

"Pemerintah jangan menganaktirikan petani cengkih, berikanlah perhatian yang tinggi. Perlu diketahui, impor cengkih sangat menguncang pendapatan ekonomi bagi petani cengkih di seluruh Indonesia. Bagaimana mungkin Indonesia membuka impor, sementara produksi dalam negeri sangat mencukupi. Saat ini, Indonesia merupakan penghasil cengkih terbesar di dunia dan juga kualitas nomor satu di dunia. Kenapa harus impor,” tegasnya. (Rasyid)

TAG

BERITA TERKAIT