Selasa, 29 Oktober 2019 14:28
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, saat membawakan orasi pada pengukuhan 3 Profesor Riset Lingkungan Kementerian Pertanian (Kementan).
Editor : Mays

RAKYATKU.COM, BOGOR - Selasa, 29 Oktober 2019. Di Auditorium Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbangtan) Bogor, Jawa Barat, Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL), mengukuhkan tiga Profesor Riset Lingkungan Kementerian Pertanian (Kementan) yang ke 523, 524, 525 secara nasional dan ke 139, 140 dan 141 di  tingkat Balitbangtan. 

 

Ketiga Profesor tersebut yakni Ali Asgar di bidang teknologi pascapanen, Sholihin di bidang pemuliaan dan genetika tanaman serta Sukarman di bidang pedologi dan penginderaan jauh.

Dalam pengukuhkan ini, SYL menegaskan, orasi pengukuhan ini bertepatan dengan dua momentum yang sangat strategis. Pertama, saat ini berada pada tahap awal masa bakti Kabinet Indonesia maju, sehingga di tahun 2019-20124, hasil riset pasti akan menjadi bagian yang harus diimplementasikan atau dicoba seluruh jajaran Kementan, agar riset dan teknologi menjadi energi dalam menyusun kebijakan dan program pembangunan pertanian. 

"Oleh karena itu, para peneliti akan menggunakan seluruh kekuatan untuk menemukan hasil riset baru, varietas baru dan cara bertani baru, yang bisa lebih efektif dan efisien, bahkan mampu menopang kebutuhan pangan industri yang bergerak di bidang pertanian. Ini sangat penting, dan tentu akan memberikan kontribusi kuat untuk hadirnya petani menghasilkan pangan berkualitas. Indonesia ini bisa hebat kalau risetnya bagus," demikian tegas SYL di hadapan sekitar 500 orang tamu undangan yang berasal dari Kementan, LIPI, Badan Litbang kementrian/lembaga, perguruan tinggi dan pejabat daerah lainnya.

 

Momentum kedua, lanjut mantan Gubernur Sulsel dua periode itu, Presiden Jokowi telah menandatangani UU SISNAS IPTEK pada 13 Agustus 2019 lalu, disertai pula dengan terbentuknya Kementerian Riset/Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Pembentukan BRIN lanjut SYL, bertujuan untuk memperkuat koordinasi dan sinkronisasi kebijakan dan program penelitian nasional, termasuk bidang pertanian. 

Badan Litbang Pertanian, sambungnya, tentu tidak akan terlepas dari perubahan kebijakan tersebut. Para peneliti tambah dia, masa pensiunnya 60 menjadi 65 tahun untuk Peneliti Madya, dan dari 65 menjadi 70 tahun untuk Peneliti Utama.

"Sejalan dengan semangat UU tersebut, acara pengukuhan pada hari ini merupakan bagian dari upaya kita, untuk meningkatkan profesionalisme peneliti. Akumulasi pemikiran dari para Profesor Riset Kementerian Pertanian selama ini, telah turut mewarnai perencanaan program dan kebijakan pembangunan pertanian, dan peran tersebut diharapkan dapat terus ditingkatkan di masa yang akan datang," sebut SYL.

Terkait akselerasi pembangunan pertanian, SYL langsung memberi tantangan langkah praktis dan implementasi inovasi kepada profesor secara luas. Ia meminta ketiganya langsung berkolaborasi dan bersinergi dalam wadah Forum Komunikasi Profesor Riset (FKPR), sekaligus menjadi pembina dan motivator bagi para peneliti yang lebih muda dalam pengembangan jati diri.

"Sinergi ini tidak saja akan jadi model bagi peneliti lainnya, namun secara konkret dapat menjawab berbagai permasalahan riil yang dihadapi petani di lapangan saat ini," terangnya.

Menanggapi hasil inovasi riset yang disampaikan Prof. Ali Asgar, soal kentang, menurut SYL, Inovasi tersebut jika dikembangkan diyakini dapat meningkatkan kualitas dan daya saing komoditas kentang untuk agroindustri. Penerapan inovasi ini diharapkan berdampak pula terhadap peningkatan pendapatan petani dan penyediaan kentang bagi konsumen. 

"Saya berikan tantangan lebih lanjut untuk menyusun rencana operasional, yang memuat langkah-langkah praktis dan terukur dalam implementasi pemikiran saudara dalam skala luas. Terutama untuk mengakselerasi agroindustri kentang. Dokumen tersebut akan menjadi acuan bagi Eselon I terkait dalam menyusun program dan kegiatan ke depan," katanya.

Kepada Prof. Sholihin, SYL juga melontarkan tantangan  yang sama. Soal inovasi ubi kayu telah menghasilkan beberapa varietas ubi kayu unggul, serta menyumbangkan pemikiran yang strategis dalam mendorong pengembangan agroindustri ubi kayu ke depan. 

"Selanjutnya saya memberikan tantangan kepada saudara untuk dapat menyusun rancangan program, agar varietas-varietas ubi kayu yang saudara temukan, dapat segera diadopsi oleh petani secara luas," ungkapnya. 

SYL pun mengapresiasi orasi Prof Sukarman, tentang akselerasi inovasi teknologi dalam optimalisasi penggunaan tanah vulkanik, mendukung pembangunan pertanian berkelanjutan. Menurutnya, profesor tersebut telah berhasil mengembangkan inovasi untuk optimalisasi pemanfaatan tanah pertanian vulkanik secara berkelanjutan, sehingga diharapkan memberikan kontribusi besar terhadap upaya mendayagunakan sumber daya lahan yang semakin terbatas.

"Untuk itu, saya memberikan tantangan untuk terus merumuskan langkah-langkah praktis, dalam mengidentifikasi potensi sumber daya lahan yang diperlukan dalam program pengembangan komoditas pertanian strategis," tuturnya.

"Selain itu, Saudara juga diminta untuk merumuskan road map penelitian lanjutan, tentang pedologi tanah vulkanik," pinta menteri asal Sulsel ini.

TAG

BERITA TERKAIT