Senin, 28 Oktober 2019 11:54
Anwar Kongo (tengah).
Editor : Mays

RAKYATKU.COM - Kudeta yang gagal pada 30 September 1965, mengubah arah perpolitikan di Indonesia. Partai Komunis Indonesia (PKI), partai terbesar kala itu, akhirnya menjadi partai paling terpuruk. Kader-kadernya diburu dan dibunuh. 

 

Salah satu jagal paling terkenal adalah Anwar Kongo. Selama masa kekerasan itu, ada sekitar 500.000 orang terbunuh secara brutal di tangan para penyembelih, termasuk dalang utamanya, Anwar.

Jumat, 25 Oktober 2019, Anwar meninggal di Rumah Sakit Umum Madani di Medan, dalam usia 78 tahun.

Anwar yang juga anggota seumur hidup Pemuda Pancasila (PP), menderita sakit saraf. Itu diungkap istrinya, Salma Miftah Salim.

 

Anwar mendapat perhatian internasional sekitar 2012, setelah muncul dalam sebuah film dokumenter berjudul 'The Act of Killing', yang disutradarai oleh Joshua Oppenheimer. Film itu menggambarkan kebrutalan sebuah gerakan di Indonesia, dalam upaya untuk menghapuskan pengaruh komunis di negara tersebut.

Anwar dalam film dokumenter itu, secara berterus terang bahwa ia telah membunuh dengan tangannya sendiri sekitar 1.000 orang yang dituduh komunis di Indonesia pada 1960-an; dia bahkan membanggakan tentang bagaimana dia membunuh mereka.

Dia mengungkapkan bagaimana sepotong kayu digunakan untuk mematahkan tengkorak mangsanya; membantai beberapa dengan parang atau melilitkan kawat besi di leher, yang katanya menghilangkannya lebih cepat dan efektif.

Dalam film dokumenter itu, Oppenheimer mengatakan, mereka yang terlibat dalam pembunuhan itu untuk menanggapi kudeta militer yang gagal pada akhir 1965. Mereka tidak menunjukkan penyesalan.

"Apa yang saya harap - jika ada dari film ini yang memenangkan Academy Award - itu akan mendorong orang Indonesia untuk bertanggung jawab atas pemimpin mereka atas kejahatan ini," tambahnya.

Menurut Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, selama periode yang sama, lebih dari satu juta orang juga menjadi korban ketidakadilan hukum, penjara dan pengasingan.

TAG

BERITA TERKAIT