Kamis, 24 Oktober 2019 20:02
Dekan Fakultas Keguruan dan Pendidikan (FKIP) Unismuh, Erwin Akib.
Editor : Nur Hidayat Said

RAKYATKU.COM, MAKASSAR - Salah satu sosok yang paling banyak dibicarakan dalam Kabinet Indonesia Maju pemerintahan Joko Widodo-Ma'ruf Amin adalah pendiri aplikasi transportasi online (Gojek) Nadiem Makarim.

 

Betapa tidak, Nadiem yang jadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) menjadi menteri dengan usia muda, yakni 35 tahun. Beberapa publik sempat meragukan kapasitasnya.

Apalagi ia harus memimpin puluhan ribu guru dan dosen di Indonesia. Termasuk para guru besar yang tersebar di berbagai perguruan tinggi.

Namun, pandangan berbeda disampaikan Dekan Fakultas Keguruan dan Pendidikan (FKIP) Unismuh, Erwin Akib. Dia berpendapat, justru sosok Mendikbud baru cukup relevan dengan tantangan pendidikan di era disrupsi saat ini.

 

"Kita berada di era revolusi industri 4.0. Tantangan yang kita hadapi berbeda dengan dekade-dekade sebelumnya. Kita butuh sosok leader di bidang pendidikan yang memahami zaman baru ini," jelas Erwin, Kamis (24/10/2019).

Target Presiden Jokowi menunjuk Nadiem Makarim sebagai Mendikbud, sambung Erwin, agar terjadi kesesuaian antara kompetensi alumni lembaga pendidikan dengan kebutuhan dunia industri.

"Kami memahami cara pandang Pak Jokowi, yang ingin pendidikan dikelola secara out of the box. Tidak terpasung dengan rutinitas dan tradisi selama ini. Kita harus melakukan lompatan," kata alumnus S3 Universitas Teknologi Malaysia ini.

Meski demikian, Erwin tetap mengingatkan agar Mendikbud yang baru tetap menjaga keseimbangan antara kesinambungan dan perubahan.

"Analoginya, Kemendikbud ini pesawat Boeing, besar dan banyak penumpang. Bukan pesawat tempur seperti F16. Jika ingin melakukan perubahan, harus betul-betul dengan kajian matang, agar sesuai dengan kebutuhan semua stakeholder. Bukan pula kebijakan yang sekadar bersifat sensasional," bebernya.

Secara khusus pada level pendidikan dasar dan menengah, Erwin mengingatkan sejumlah tantangan dan masalah yang harus ditangani Mendikbud. Mulai dari masalah-masalah klasik hingga kontemporer.

"Pak Nadiem harus menjawab soal nasib guru honorer, maksimalisasi sertifikasi guru, pemerataan sarana dan prasarana pendidikan, serta sebaran tenaga pendidik," urai Erwin.

Selain itu, pihaknya juga mendorong pemerataan akses teknologi dan informasi bagi seluruh jenjang pendidikan. Khususnya di kawasan tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Pengembangan dan penguatan SMK (vocational school) juga perlu mendapat dukungan maksimal.

Erwin juga berharap, agar pendidikan karakter tetap menjadi orientasi penguatan dari Mendikbud. 

"Pendidikan karakter itu fondasi bagi peserta didik dalam menghadapi tantangan abad 21. Sedangkan penguasaan Iptek adalah pilarnya," ungkapnya.

Erwin meyakini berbagai tantangan tersebut, dapat diselesaikan oleh Nadiem. "Selamat bekerja Sang Menteri Milenial," tutupnya.

TAG

BERITA TERKAIT