Sabtu, 19 Oktober 2019 15:07
Ilustrasi gadis pemetik melati (kiri). Jumari (kanan).
Editor : Mays

RAKYATKU.COM, PEKALONGAN - Rabu, 15 Oktober 2019. Jumari (31), mengotak-atik ponselnya. Di aplikasi WA, dia mengirim pesan ke Kumalasari (29), gadis pemetik melati yang sudah sepekan dikenalnya.

 

Dia malah sudah beberapa kali membawa Kumalasari ke rumahnya, di  Desa Yosorejo, Kecamatan Siwalan, Kabupaten Pekalongan.

Selama diboyong ke rumah, Jumari sudah 4 kali meniduri gadis itu. Kali ini, dia kembali rindu. Entah rindu ataukah birahi, Jumari tak bisa membedakannya.

"Ke rumah sekarang, saya tunggu," tulis Jumari di pesan WA-nya.

 

"Baik...tunggu," balasan dari Kumalasari.

Pukul 09.00 WIB pagi, Kumalasari tiba dengan sepeda. Tanpa ba bi bu, Jumari langsung ke inti. Kali ini dia kembali meniduri Kumalasari.

Setelah melampiaskan birahinya, mereka lalu berbincang singkat. Jumari meminta Kumalasari menjual perhiasannya.

"Enggak bang. Hanya ini harta saya," ujar Kumalasari.

Jumari terus merayu, namun warga Desa Depok, Kecamatan Siwalan, Kabupaten Pekalongan itu tetap kukuh dengan pendiriannya. 

Jumari hari itu butuh uang. Dia hendak mengganti oli mesin kendaraannya. Namun dia tak punya uang. Idenya muncul saat melihat perhiasan yang dipakai Kumalasari.

“Karena sudah tidak ada biaya untuk mengganti oli kendaraan, jadi saya meminta Kumalasari untuk menjual perhiasannya,” jelasnya saat dimintai keterangan petugas di Mapolres Pekalongan, Kamis (17/10/2019) malam, seperti dilansir dari Tribunnews, Sabtu (19/10/2019).

Karena Kumalasari terus menolak, Jumari lalu mengikat korban gadis pemetik bunga itu.

“Setelah mengikatnya saya ambil perhiasannya, korban pasrah saat saya ikat. Karena takut ia melapor ke orang tua, ia saya cekik menggunakan kain yang saya ambil dari dapur,” ucapnya.

Melihat korbannya tak bernyawa, Jumari memasukan jenazah korban ke dalam karung pupuk, lalu membawanya menggunakan sepeda motornya.

“Jenazah saya buang ke bantaran Sungai Sragi Baru, sebelumnya saya juga bekap mulut korban menggunakan lakban,” jelasnya.

“Saya mengikat dan membuangnya ke bantaran sungai sekitar pukul 10.00 WIB. Lalu saya pulang ke rumah dan membersihkan sisa darah yang ada di sepeda motor saya, untuk kemudian pergi ke Subah,” pungkasnya.

TAG

BERITA TERKAIT